Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangsel Akan Lakukan Evaluasi Setelah Pasien Covid-19 Ditolak Puskesmas karena RS Rujukan Penuh

Kompas.com - 17/06/2021, 17:05 WIB
Tria Sutrisna,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGSEL, KOMPAS.com - Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie mengonfirmasi adanya kasus pasien Covid-19 di kawasan Pondok Aren yang kesulitan mendapat ruang perawatan di puskesmas.

Puskesmas menolak pasien itu dengan alasan rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah Tangerang Selatan dan sekitarnya telah penuh. Pasien tersebut juga tidak dirawat sementara di puskemas itu.

"Iya memang itu sekarang yang terjadi. Ini (seperti) kejadian pada waktu awal-awal tahun, yang lalu," ujar Benyamin saat ditemui di Gedung Kejaksaan Negeri Tangerang Selatan, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: Ditolak Puskemas di Pondok Aren, Pasien Covid-19 Cari Sendiri RS Rujukan Pakai Motor

Menurut Banyamin, pihaknya tengah menegavaluasi dan mempertimbangkan penggunaan kembali puskemas sebagai lokasi transit atau perawatan sementara pasien Covid-19.

Nantinya, pasien akan dirawat sementara selama proses pencarian tempat tidur isolasi atau ruang intensive care unit (ICU) yang kosong di rumah sakit rujukan Covid-19.

"Puskemas nanti akan kami koordinasikan lagi. Kami konsolidasikan lagi seperti apa," kata Benyamin.

"Dulu kan puskemas juga kami jadikan tempat perawatan untuk isolasi sementara dulu. Nah nanti kami evaluasi lagi, apa itu diperlukan atau tidak," ujar dia.

seorang warga yang positif Covid-19 dengan gejala berat ditolak puskesmas di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu kemarin. Pihak puskesmas menolak pasien tersebut dengan alasan rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Tangerang Selatan dan sekitarnya penuh.

Relawan LaporCovid-19 Tri Maharani menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi dari keluarga pasien di kawasan Pondok Aren bahwa anggota keluarganya membutuhkan ruang perawatan. Saat itu, kondisi pasien Covid-19 tersebut memburuk dan merasa sesak napas karena saturasi yang semakin menurun.

"Jadi kemarin sore LaporCovid dapat laporan dari keluarga pasien Pondok Aren akan keadaan pasien dan kondisi RS yang penuh semua," kata dia saat dihubungi, Kamis.

Keluarga pasien tersebut, kata Tri, meminta bantuan untuk mencari ruang perawatan karena tidak bisa dirawat sementara di puskesmas sambil menunggu dirujuk ke rumah sakit.

Pihak puskesmas tidak dapat merawat pasien Covid-19 itu karena tidak berhasil mencari rumah sakit rujukan yang dapat menampungnya.

"Pihak puskemas mencari rujukan dan tak dapat. Sebagai bantuan, mereka meminjamkan oksigen dan mengirimkan tenaga medis saat meminjamkan oksigen ke rumah pasien itu," ungkap Tri.

Baca juga: Pasien Covid-19 yang Sesak Napas Ditolak Puskesmas di Pondok Aren karena RS Rujukan Penuh
Tri menyayangkan langkah yang diambil pihak puskesmas karena pasien tersebut seharusnya bisa ditampung sementara untuk penanganan pertama. Namun, pasien dengan gejala berat tersebut justru dibiarkan berada di rumah dengan bekal oksigen yang diantarkan pihak puskesmas.

Menurut Tri, pihak puskesmas mengaku tidak bisa melayani pasien karena berdasarkan prosedur rujukan, harus terlebih dahulu ada rumah sakit yang menyatakan siap untuk merawatnya.

"Ini yang menurut saya mengkhawatirkan. Jadi ada kesalahan pemahaman dari pihak puskesmas akan makna rujukan," kata Tri.

"Jadi pemahaman yang salah dari faskes 1 (puskesmas) tadi, membuat pasien hanya ditolong pinjaman oksigen ke rumahnya dan diperiksa oleh tenaga medis," sambungnya.

Tri menyebutkan, pasien Covid-19 itu akhirnya berangkat sendiri ke IGD rumah sakit terdekat karena pihak puskesmas juga tidak mengantarkannya.

Sambil dibantu dicarikan ruang perawatan oleh tim LaporCovid-19, pasien tersebut akhirnya bisa mendapatkan perawatan.

"Yang terjadi pasien berangkat naik motor sendiri ke IGD terdekat karena sangat sesak. Jadi jam 02.00 WIB malam kemarin pasien berhasil mendapat pertolongan," kata Tri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com