JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga kesehatan (nakes) menjadi pasukan terdepan dalam melawan Covid-19. Menjadi garda terdepan, bukanlah perkara mudah di tengah semakin melonjaknya kasus Covid-19 beberapa hari terakhir ini.
Tugas mereka tidak hanya berjuang menyelamatkan dan merawat dua juta pasien Covid-19, tetapi juga mengantar kepergian puluhan ribu pasien yang gugur.
Seperti halnya Jasmine, nakes di RS Mitra Keluarga Cikarang yang dua tahun bertugas. Baginya, mengabarkan berita kematian pasien kepada pihak keluarga adalah hal yang tidak mudah.
"Memberitahu kabar buruk kepada keluarga pasien hampir setiap hari, ini sangat tidak mudah," ungkap Jasmine.
Bagi Jasmine, pandemi ini sudah memaksa tubuh dan mentalnya menjadi lebih kuat, tetapi mengabarkan duka merupakan perkara dengan beban berbeda.
"Berat sekali, karena saya merasa tidak berdaya, sekalipun sudah memberikan yang terbaik. Saya yakin setiap orang yang saya berikan kabar itu tidak pernah menyangka bahwa keluarga mereka akan menjadi korban Covid-19," ungkap Jasmine.
Setiap nama pasien meninggal yang ia sebut, baginya, adalah seseorang yang berharga bagi orang lain.
Orang yang berharga itu bisa saja suatu hari merupakan keluarga ataupun kerabatnya sendiri, atau bahkan dirinya sendiri.
Baca juga: Nakes Kewalahan, RSUD Bekasi Minta Tambahan Relawan untuk Tangani Pasien Covid-19
"Kami hampir setiap hari menghadapi kematian. Tidak hanya pasien, tapi bisa jadi diri kami sendiri. Kalau boleh mengeluh, rasanya capek, baik fisik maupun mental," ungkap dia.
Ia pun merasa kesal dengan keadaan saat ini. Meskipun keadaan kasus Covid-19 sudah separah ini, di luar sana banyak masyarakat yang masih tidak peduli dengan keadaan ini.
"Orang di luar sana masih enggak peduli, rasanya capek hati. Bahkan, kami belum lama ini baru kehilangan seorang perawat IGD akibat Covid-19, " tutup Jasmine.