JAKARTA, KOMPAS.com - Nada bicaranya khas. Namanya membuat ciut nyali pemuda-pemuda di Jakarta Timur yang akan bertindak kriminal.
Kucing-kucingan dengan pemuda yang akan tawuran adalah pekerjaan sehari-harinya.
Tak jarang juga, ia bersama timnya kejar-kejaran dengan penjahat.
Dialah Aipda MP Ambarita, pemimpin Raimas Backbone, tim pengurai massa Polres Jakarta Timur di bawah Direktorat Sabhara.
Disebut raimas karena kependekan dari "pengurai massa". Tugasnya mengurai, membubarkan, menceraiberaikan, dan melokalisasi massa yang melakukan tindakan anarki yang berpotensi mengganggu kamtibmas.
Baca juga: Vivick Tjangkung, Polwan yang Ungkap Kasus Narkoba di Kalangan Artis
"(Kami) hanya berfokus pada penjahat-penjahat jalanan, bukan penjahat politik," kata Ambarita kepada Kompas.com.
Ambarita mengatakan, nama Raimas Backbone terinspirasi dari Sabhara Backbone.
"Itu semacam tulang punggung dari Polri, yang bergerak paling depan. Nah, terinspirasinya dari situ. Jadi namanya tim pengurai massa ditambah kata 'Backbone', Raimas Backbone," terang bapak dua anak itu.
Sebelum menjadi seperti saat ini, Ambarita pernah gagal tes Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Itu terjadi pada 1995 selepas lulus SMA.
"Tes demi tes saya lalui, hingga sampai ke tes terakhir," tutur Ambarita.
Namun, hasil tes terakhir menyatakan dirinya gagal. Ia kemudian sempat ditawari ke Bintara Kostrad.
Baca juga: Kompol Malvino Pernah Ikut Gagalkan Peredaran 1 Ton Narkoba
"Tetapi saat itu saya bilang, 'Enggak usah lah, tahun depan saja'," ujar Ambarita.
Setahun berikutnya, Ambarita mencoba daftar Bintara Polisi. Namun, sewaktu tes kesehatan, ia kelebihan berat badan.
"Pergilah saya ke Jakarta, tetapi tidak untuk kuliah karena saya tidak mau kuliah," tutur Ambarita.
Di Jakarta, Ambarita bertemu dengan teman kakak perempuannya. Dari situ, ia ditawari kerja di perusahaan cat.