JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebaran Covid-19 di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, semakin tidak terkendali. Pemerintah telah menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali mulai 3-20 Juli 2021.
Faktanya, PPKM darurat belum bisa mengerem laju penyebaran Covid-19. Angka kasus harian Covid-19 di Ibu Kota konsisten berada di atas 10.000 kasus dalam sepekan terakhir dan kematian akibat Covid-19 juga tetap tinggi.
Tingginya angka kematian Covid-19 di Jakarta dirasakan langsung oleh seorang sopir ambulans Pemprov DKI, Amri Amirullah Hakim.
Baca juga: Awal Mula Varian Delta Masuk ke Jakarta hingga Mendominasi 90 Persen Kasus Covid-19
Dalam wawancara bersama tim Mata Najwa yang ditayangkan pada Rabu (14/7/2021) malam, Amri mengaku membawa 10 jenazah pasien Covid-19 setiap hari.
Jumlah itu naik dua kali lipat dibanding sebelum terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
"Kalau sebelum kenaikan kasus, bisa membawa 4-5 (jenazah pasien Covid-19). Kalau sekarang bisa 10 (jenazah pasien Covid-19), satu rumah sakit bisa 10 jenazah," kata Amri.
Ambulans juga kerap antre menuju tempat pemakaman umum (TPU), salah satunya terjadi di TPU Rorotan.
"Pertama (TPU Rorotan) buka enggak gini (antre memakamkan jenazah), cuma saat ini, makin antre," ujar Amri.
Amri menyadari kondisi Jakarta yang semakin parah dan tidak terkendali. Namun, masih banyak warga yang mengabaikan protokol kesehatan.
"Kondisinya semakin parah, semakin parah dalam arti kata, semakin banyak orang enggak bisa memenuhi protokol kesehatan, emakin banyak pula yang kita bawa (ke pemakaman)," ujar Amri.
"Kita semakin terpuruk melihat kondisi Jakarta yang bukan makin berangsur pulih membaik, malah semakin banyak angka kematian. Enggak tau mau sampai kapan Jakarta seperti begini," tambahnya.
Baca juga: Perda Covid-19 di Jakarta Akan Direvisi, Wagub: Untuk Dimasukan Pasal Hukuman Pidana