JAKARTA, KOMPAS. com - Gubernur Jakarta Anies Baswedan menyatakan tren positivity rate Covid-19 di Jakarta mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, yakni menjadi 24 persen.
Awalnya, angka positivity rate Covid-19 di Jakarta yang menyentuh 43 persen pada 13 Juli namun, pada 16 Juli, angka itu mulai menurun menjadi 41 persen.
"Kalau melihat pandemi, maka lihat nomor satu angka positivity rate. Positivity rate kita di Jakarta itu pernah mencapai angka 43 persen di tanggal 13 Juli lalu, tren itu mulai menurun menjadi 41 persen di tanggal 16 Juli," ujar Anies dalam acara yang digelar Kadin Indonesia, Minggu (25/7/2021), yang disiarkan lewat kanal Youtube.
Baca juga: Anies Targetkan DKI Jakarta Vaksinasi 100.000 Warga dalam Sehari
Penurunan angka positivity rate terjadi secara bertahap, Anies mengatakan bahwa persentase ini terus menurun kembali pada 18 Juli menjadi 36 persen, kemudian pada 21 Juli menjadi 28 persen. Terbaru, angka positivity rate di Jakarta pada Sabtu (24/7/2021) kemarin angkanya 24 persen.
"Lalu turun lagi menjadi 36 persen di tanggal 18 Juli, lalu turun menjadi 28 persen di tanggal 21 Juli dan hari ini per kemarin, itu angkanya adalah 24 persen," ujarnya.
Masih kata Anies, tren penurunan positivity rate tersebut dibarengi dengan jumlah testing yang tinggi tinggi.
Anies mengeklaim bahwa testing Covid-19 di Jakarta sudah 30 kali lebih tinggi dari standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
"Jadi ada tren positivity rate yang menurun, di sisi lain testing kita di Jakarta itu selalu tinggi yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan. Kita harus 15 kali lebih tinggi daripada standar WHO dan Jakarta sudah di atas itu bahkan beberapa kali kita di atas 30 kali standar WHO," ucapnya.
Meski cukup yakin dengan data angka positivity rate di Jakarta dan tingginya jumlah testing yang dilakukan, Anies meminta agar masyarakat tidak terburu-buru menyimpulkan data yang masih bisa berubah setiap jam.
Baca juga: Anies Sebut Kemenangan Melawan Pandemi Covid-19 Sudah di Depan Mata
"Jadi menurut saya jangan kita buru-buru menyimpulkan karena ini berbeda dengan aliran lalu lintas yang bisa diprediksi jam-jaman, kalau ini waktunya perlu mingguan," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.