Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Warteg Mengaku Babak Belur karena Pandemi Covid-19

Kompas.com - 02/08/2021, 09:19 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir satu setengah tahun. Pemerintah terus berupaya menanggulangi pandemi ini dengan sejumlah kebijakan.

Namun, kebijakan-kebijakan itu tak selalu berjalan mulus. Hal seperti itu terasa di sektor kuliner di Ibu Kota, terutama warteg.

Kebijakan waktu makan hanya 20 menit dan harus menunjukkan sertifikat vaksin dikritik. Kebijakan itu dinilai tidak tepat oleh Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara).

Kondisi pengusaha warteg kini babak belur. Omset terus merosot. Sejulah pengusaha warteg terpaksa pulang kampung.

Baca juga: Ketua Pengusaha Warteg: Kebijakan Makan 20 Menit Tak Tepat, Menu Kami Kan Bervariasi...

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan, hampir 50 persen pengusaha warteg di Jabodetabek sudah pulang kampung.

Ia menambahkan, kampung-kampung di Kabupaten Tegal dan Brebes di Jawa Tengah sebelum pandemi Covid-19 hampir kosong. Mereka pergi ke Jakarta dan sekitarnya untuk membuka warteg.

“Ternyata sekarang jumlah yang tadinya kosong, karena pandemi ini sekarang penuh (di kampung). Artinya 50 persen pedagang warteg di Jabodetabek kembali ke kampungnya. Itu jumlah kasarnya begitu,” kata Mukroni.

Ia menyebutkan, bisnis pengusaha warteg saat ini terhempas pandemi Covid-19. Menurut Mukroni, omset pengusaha warteg turun sekitar 50-60 persen.

Pembatasan waktu makan selama 20 menit di warung makan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 jadi sorotan Kowantara.

Aturan tersebut tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan Level 3 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menilai, waktu 20 menit cukup bagi seseorang makan di warung atau tempat sejenis. Proses tersebut dinilai cukup dilakukan asal pengunjung tak banyak berbicara.

Namun, Mukroni menilai makanan di warteg bervariasi dan membutuhkan waktu yang lama untuk disiapkan.

“Di PPKM ini kan ada kebijakan tentang 20 menit. Ini menurut saya kebijakannya yang tidak tepat. Pertama, menu-menu di warteg itu kan bervariasi, ada yang ikan, orek tempe, tumis kangkung dan ya mungkin saya bisa lima menit,” ujar Mukroni.

Ia menyebutkan, hidangan seperti pecel lele perlu waktu yang lama. Pasalnya, lele harus digoreng hingga kering.

“Itu kan lelenya hidup. Harus goreng dulu. Gorengnya juga tak bisa cepat. Harus crispy, kering,” kata Mukroni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com