Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2021, 19:27 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Ibrahim Askar, pemuda asal Kota Bogor, Jawa Barat, tak menyangka bahwa pandemi Covid-19 telah menuntunnya menjadi seorang pembuat peti mati.

Sebenarnya Ibrahim tak punya keahlian khusus dalam membuat peti mati. Ia mengaku belajar secara otodidak lewat video yang tersedia di kanal YouTube. Dia mempelajari segala sesuatunya, mulai dari spesifikasi, ukuran, dan lain sebaginya.

Setelah cukup yakin dengan yang dipelajarinya, Ibrahim kemudian memutuskan untuk mengawali produksinya dengan membuat 10 buah peti mati untuk jenazah pasien Covid-19.

Dibantu lima pekerja lainnya, peti mati yang dibuat lalu dikirim ke sejumlah rumah sakit di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.

“Saya belajar dari Youtube. Terus cari-cari tahu tentang spesifikasi, ukuran dan lain-lain. Akhirnya kita mulai produksi. Produksi pertama 10 peti per hari dibantu 5 pekerja,” ujar Ibrahim, Senin (2/8/2021).

Baca juga: Tingkat Kematian Kasus Covid-19 Meningkat, Pemkot Bogor Terima Bantuan Peti Jenazah

Rupanya, permintaan peti mati semakin banyak, seiring meningkatnya jumlah kasus kematian Covid-19 di Bogor.

Untuk menambah jumlah produksi harian, Ibrahim lantas memberdayakan warga di sekitar tempat usahanya untuk membantu membuat peti mati.

Mayoritas, warga yang dipekerjakan di tempat usahanya adalah mereka yang terkena dampak pandemi, seperti korban PHK dan lain sebagainya.

Dari lima orang pekerja, kini usaha peti mati milik Ibrahim sanggup menghidupi sekitar 50 orang.

“Sekarang kita bisa berdayakan 50 pekerja. Mereka ini warga sekitar yang terdampak ekonominya karena pandemi. Kami ajak untuk bergabung,” kata Ibrahim.

Baca juga: Situasi Memilukan Covid-19 di Jabodetabek: 29 Jenazah Menumpuk di RS hingga Krisis Peti Mati

Ibrahim menceritakan, sebelum menjadi perajin peti mati, ia memiliki usaha mebel yang sudah dirintisnya sejak lama.

Namun, sambung dia, pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Usaha mebel miliknya kian hari kian lesu seiring daya beli masyarakat yang semakin menurun.

Di tengah kondisi itu, ia lantas mendapat kabar dari sang kakak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) jika ketersediaan peti jenazah untuk pasien Covid-19 masih sangat minim.

Berangkat dari rasa keprihatinannya, Ibrahim mencoba menangkap peluang yang ada. Dia memutuskan untuk banting setir. Dari pengusaha mebel menjadi penjual peti mati.

Meski demikian, Ibrahim berharap tingginya permintaan peti mati yang diproduksinya tidak berlangsung lama.

Baca juga: Kasus Covid-19 Jakarta Pecah Rekor Lagi, Pengusaha Peti Mati Mulai Kesulitan Bahan Baku

Dia berdoa, semoga tidak ada lagi rumah sakit-rumah sakit yang memesan peti mati sehingga ia bisa kembali fokus menjalankan bisnis mebelnya.

"Enggak apa-apa deh kita berhenti produksi (peti mati), karena itu artinya udah selesai pandemi. Bahkan saya selalu berharap, setiap ngirim peti mati semoga ini yang terakhir. Karena miris, gitu," tuturnya.

"Ini kita awali dengan niat baik membantu RS yang kekurangan peti jenazah. Kita semua berharap tentunya kondisi seperti ini segera berlalu,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Menguak Penyebab Kebakaran Toko 'Saudara Frame' yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Menguak Penyebab Kebakaran Toko "Saudara Frame" yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Megapolitan
Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com