BOGOR, KOMPAS.com - Ibrahim Askar, pemuda asal Kota Bogor, Jawa Barat, tak menyangka bahwa pandemi Covid-19 telah menuntunnya menjadi seorang pembuat peti mati.
Sebenarnya Ibrahim tak punya keahlian khusus dalam membuat peti mati. Ia mengaku belajar secara otodidak lewat video yang tersedia di kanal YouTube. Dia mempelajari segala sesuatunya, mulai dari spesifikasi, ukuran, dan lain sebaginya.
Setelah cukup yakin dengan yang dipelajarinya, Ibrahim kemudian memutuskan untuk mengawali produksinya dengan membuat 10 buah peti mati untuk jenazah pasien Covid-19.
Dibantu lima pekerja lainnya, peti mati yang dibuat lalu dikirim ke sejumlah rumah sakit di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
“Saya belajar dari Youtube. Terus cari-cari tahu tentang spesifikasi, ukuran dan lain-lain. Akhirnya kita mulai produksi. Produksi pertama 10 peti per hari dibantu 5 pekerja,” ujar Ibrahim, Senin (2/8/2021).
Baca juga: Tingkat Kematian Kasus Covid-19 Meningkat, Pemkot Bogor Terima Bantuan Peti Jenazah
Rupanya, permintaan peti mati semakin banyak, seiring meningkatnya jumlah kasus kematian Covid-19 di Bogor.
Untuk menambah jumlah produksi harian, Ibrahim lantas memberdayakan warga di sekitar tempat usahanya untuk membantu membuat peti mati.
Mayoritas, warga yang dipekerjakan di tempat usahanya adalah mereka yang terkena dampak pandemi, seperti korban PHK dan lain sebagainya.
Dari lima orang pekerja, kini usaha peti mati milik Ibrahim sanggup menghidupi sekitar 50 orang.
“Sekarang kita bisa berdayakan 50 pekerja. Mereka ini warga sekitar yang terdampak ekonominya karena pandemi. Kami ajak untuk bergabung,” kata Ibrahim.
Baca juga: Situasi Memilukan Covid-19 di Jabodetabek: 29 Jenazah Menumpuk di RS hingga Krisis Peti Mati
Ibrahim menceritakan, sebelum menjadi perajin peti mati, ia memiliki usaha mebel yang sudah dirintisnya sejak lama.
Namun, sambung dia, pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Usaha mebel miliknya kian hari kian lesu seiring daya beli masyarakat yang semakin menurun.
Di tengah kondisi itu, ia lantas mendapat kabar dari sang kakak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) jika ketersediaan peti jenazah untuk pasien Covid-19 masih sangat minim.
Berangkat dari rasa keprihatinannya, Ibrahim mencoba menangkap peluang yang ada. Dia memutuskan untuk banting setir. Dari pengusaha mebel menjadi penjual peti mati.
Meski demikian, Ibrahim berharap tingginya permintaan peti mati yang diproduksinya tidak berlangsung lama.
Baca juga: Kasus Covid-19 Jakarta Pecah Rekor Lagi, Pengusaha Peti Mati Mulai Kesulitan Bahan Baku
Dia berdoa, semoga tidak ada lagi rumah sakit-rumah sakit yang memesan peti mati sehingga ia bisa kembali fokus menjalankan bisnis mebelnya.
"Enggak apa-apa deh kita berhenti produksi (peti mati), karena itu artinya udah selesai pandemi. Bahkan saya selalu berharap, setiap ngirim peti mati semoga ini yang terakhir. Karena miris, gitu," tuturnya.
"Ini kita awali dengan niat baik membantu RS yang kekurangan peti jenazah. Kita semua berharap tentunya kondisi seperti ini segera berlalu,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.