Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janji Pemkot Depok Jamin Hak Ratusan Anak Yatim Piatu akibat Covid-19, dari Pendampingan hingga Sekolah

Kompas.com - 13/08/2021, 05:47 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Mohammad Idris pernah membeberkan rencana untuk memberikan pendampingan khusus kepada anak-anak yatim/piatu akibat Covid-19.

"Kami akan membuat lembaga konsultasi untuk anak-anak yang bapak-ibunya meninggal dunia kerena Covid-19," ucap Idris, kala itu usai menerima penghargaan KLA Tahun 2021 secara virtual, dikutip situs resmi Pemerintah Kota Depok, Jumat (30/7/2021).

Saat itu, ia belum membeberkan lebih jauh rencana tersebut. Namun, saat ini, program tersebut mulai benderang.

Baca juga: Pemkot Depok Berusaha Penuhi Kebutuhan Anak yang Jadi Yatim atau Piatu akibat Covid-19

Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) akan menjadi leading sector dalam program kolaborasi antarperangkat daerah di lingkungan Pemkot Depok.

"Kata Pak Wali Kota, mereka adalah anak pejuang Covid-19. Kami tidak menamakan mereka anak yatim atau anak piatu, tetapi anak pejuang, karena orangtua mereka sudah berjuang melawan virus," kata Kepala DPAPMK Kota Depok Nessi Annisa Handari kepada Kompas.com pada Kamis (12/8/2021).

Sedikitnya 740 anak kehilangan orangtua

Sebagai informasi, hingga data terbaru diumumkan kemarin, Kota Depok telah melaporkan 1.913 kematian terkonfirmasi Covid-19.

Dari jumlah itu, ada ratusan orangtua yang masih memiliki anak-anak di bawah usia 18 tahun.

Nessi menyatakan, sedikitnya sudah 740 anak di Depok telah kehilangan orangtua akibat Covid-19 sejak pandemi melanda wilayah tersebut pada Maret 2020 hingga sekarang.

"Kurang lebih anak-anak sekitar 740-an yang kehilangan orangtua, anak-anak, ya, bukan keluarga. Kan ada orangtua yang anaknya 2 atau 3, misalnya. Kalau keluarga ada sekitar 400-an," ujar Nessi.

Baca juga: Janji Jamin Hak Dasar Anak-anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Pemkot Depok: Itu Kewajiban Kami

"Ada juga orangtua yang meninggal dua-duanya, meninggalkan 2 anak, yang satu masih SD, dan satu kuliah. Itu yang kuliah (di atas 18 tahun) juga kita masukkan ke dalam data karena memang orangtuanya sudah tidak ada. Jika anak itu sudah bekerja dan mampu, tidak kita masukkan. Tapi yang utama 0-18 tahun yang kita data," ungkapnya.

Ia menjelaskan, 740-an anak-anak ini berstatus yatim, piatu, maupun yatim piatu. Dengan kata lain, mereka telah kehilangan ibu, ayah, maupun ibu dan ayah karena orangtuanya itu meninggal akibat Covid-19.

Di sisi lain, Nessi mengungkapkan, tren anak-anak di Depok yang kehilangan orangtua akibat Covid-19 sangat terasa belakangan ini.

Baca juga: Sepanjang Pandemi, 740 Anak di Depok Kehilangan Orangtua karena Covid-19

Hal ini sejalan dengan meningkatnya tren kematian akibat Covid-19 saat pandemi gelombang kedua.

"Memang terasa. Kalau dulu kan tidak terlalu banyak, setelah tahun ini lumayan. Kami masih terus mendata," sebut Nessi.

Pemetaan kebutuhan masing-masing anak

DPAPMK disebut sedang fokus mendata anak-anak yang telah kehilangan orangtua akibat Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com