TANGSEL, KOMPAS.com - Jalan setapak menuju tiga rumah warga di Jalan Pelikan, RT 006 RW 009, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, dibuat setelah video tembok penutup akses ke rumah-rumah itu viral dan ramai diperbincangkan.
Salah seorang warga yang akses rumahnya terhalang, Pujiono (51), mengatakan, jalan setapak itu sebelumnya tidak ada ketika tembok mulai dibangun pada Jumat (3/9/2021).
"Akses yang jalan setapak itu ada setelah viral, Mas. Jadi akses itu dibuat setelah berita ini viral," ujar Pujiono dalam wawancara video kepada Kompas.com, Kamis (10/9/2021).
Menurut dia, lokasi jalan setapak tersebut mulanya merupakan tebing tanah yang berhadapan langsung dengan tembok penutup akses tiga rumah warga tersebut.
Baca juga: Akses Rumah Ditutup Tembok, Warga Serua Ciputat Dimbau Tak Protes Berlebihan
Setelah penutupan akses itu ramai diperbincangkan, pihak pengembang langsung memangkas bagian bawah tebing. Tanahnya diratakan dan dijadikan jalan setapak sebagai akses menuju tiga rumah warga.
"Mereka sudah langsung bikin akses itu. Ya mungkin untuk meng-counter berita yang sudah telanjur beredar," ungkap Pujiono
Akses menuju tiga rumah warga di kawasan Jalan Pelikan RT 006 RW 009, Serua, ditutup tembok oleh pihak yang disebut pengembang.
Tembok yang membatasi permukiman warga dengan lahan kosong untuk perumahan itu mulai dibangun 3 September 2021 karena warga tidak membayar uang yang diminta pihak pengembang.
Salah seorang warga yang akses rumahnya terhalang tembok, Tarmo (50), mengaku didatangi seorang perwakilan pengembang yang membangun tembok tersebut.
Orang itu meminta Tarmo membayar Rp 25 juta jika ingin akses menuju rumahnya tidak dibangun tembok pembatas.
"Waktu itu kan belum dipagar. Nah, kalau saya bayar, tidak dipagar. Makanya, sampai di angka Rp 15 juta-Rp 25 juta kalau enggak mau dipagar tembok," ujar Tarmo, Selasa lalu.
Tarmo tak sanggup membayar uang yang diminta sehingga tembok setinggi dua meter itu dibangun tepat di depan rumahnya.
"Saya mikir dong, akhirnya saya (tawar) bilang Rp 5 juta. Itu pun tidak sekarang, saya akan saya usahakan. Dia enggak mau, maunya Rp 15 juta," kata Tarmo.
"Ya sudah, saya merasa enggak punya kemampuan ke situ kan, saya pilih diam. Tiba-tiba ini hari Jumat kemarin ada tembok (dibangun)," sambungnya.
Tarmo heran dengan pembangunan tembok tersebut. Sebab, sepengetahuan Tarmo, status tanah di depan rumahnya yang jadi lokasi berdirinya tembok itu diperuntukkan jalan umum warga.