DEPOK, KOMPAS.com - Pekan ini, Bruder Angelo, seorang terduga pelaku pelecehan seksual di sebuah panti asuhan di Depok, Jawa Barat, akan menjalani persidangan.
Biarawan dari Kongregasi Blessed Sacrament Missionaries of Charity (BSMC) yang berbasis di Filipina tersebut dituduh melakukan pencabulan terhadap tiga anak di Panti Asuhan Kencana Bejana Rohani.
Kencana Bejana Rohani sendiri terdaftar sebagai yayasan di Kementerian Hukum dan HAM pada 14 Desember 2015. Tertulis bahwa Angelo merupakan pendiri sekaligus pimpinan dari yayasan tersebut.
Lalu pada 2017, Angelo mulai mengoperasikan sebuah panti asuhan dengan nama yang sama.
Baca juga: Disidang Pekan Ini, Bruder Angelo Cabuli Anak Panti Asuhan hingga Dijuluki Kelelawar Malam
Mengutip The Jakarta Post, seorang anak asuh bernama Joni (bukan nama sebenarnya) mengaku dicabuli oleh Angelo pada 9 September 2019, lewat tengah malam.
Pada saat itu, ia tiba-tiba terbangun setelah merasakan perasaan yang tidak enak di area kemaluannya. Ketika Joni membuka mata, ia melihat ada Angelo di situ.
“Saya terkejut. Saya memasang celana saya kembali dan mengejarnya menuruni anak tangga,” beber Joni.
Joni mengonfrontasi Angelo yang seketika itu juga berlutut dan meminta maaf kepada anak asuhnya tersebut.
Tidak terima dengan perlakuan sang bruder, Joni melaporkan kejadian itu pada juru masak di panti bernama Yosina atau Mama Ejon.
“Mama menyuruh saya untuk lapor ke polisi,” tuturnya.
Baca juga: Masyarakat Sipil Galang Suara, Minta Polisi Ungkap Pencabulan Anak Panti di Depok oleh Bruder Angelo
Pencabulan ini sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi. Sebelum Joni, banyak korban lain yang tidak berani untuk buka suara.
Beberapa senior yang tahu kelakuan Angelo berupaya menutup akses menuju kamar pada malam hari untuk berjaga-jaga. Angelo mereka juluki sebagai “kelelawar malam” karena selalu beraksi lewat tengah malam dengan pakaian serba hitam.
Beberapa kali, tetap saja upaya penjagaan tersebut kecolongan, dan korban terus berjatuhan.
Seorang korban lainnya bernama Lorenzo (bukan nama sebenarnya) begitu takut untuk buka suara karena merasa hidupnya ada di tangan Angelo.
“Kami tidak bisa melakukan apapun karena hidup kami ada di tangan Angelo. Kami tidak bisa balik menyerang karena kami yakin tidak akan ada yang membantu kami,” tutur Lorenzo.