JAKARTA, KOMPAS.com - Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Syaripudin mengatakan, pencemaran Teluk Jakarta oleh limbah parasetamol masih perlu dibuktikan.
Pasalnya, penelitian yang menyebutkan Teluk Jakarta tercemar parasetamol dilakukan pada 2017-2018.
"Saat ini kita harus membuktikan apakah benar-benar di dua titik itu ada konsentrasi tinggi parasetamol," kata Syaripudin saat ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Baca juga: Kandungan Parasetamol Cemari Teluk Jakarta, Akibat Gaya Hidup atau Disengaja?
Syaripudin mengatakan, Dinas LH DKI Jakarta rutin memantau kualitas air, baik di laut, danau, atau sungai yang ada di Jakarta.
Namun, dalam peraturan pemerintah tentang pengaturan air baku, tidak ada variabel parasetamol sebagai salah satu bentuk pencemaran.
Meski demikian, Syaripudin mengatakan, Dinas LH tetap memeriksa sampel air Teluk Jakarta yang disebut tercemar parasetamol.
"Nanti hasilnya dua minggu baru bisa disampaikan apakah ada di situ mengandung parasetamol yang tinggi," ujar dia.
Syaripudin menjelaskan, Dinas LH juga menyelidiki sumber pencemaran tersebut.
Dugaan awal saat ini, pencemaran disebabkan tingginya konsumsi parasetamol di masyarakat, kemudian dibuang melalui ekskresi lalu disalurkan ke pembuangan limbah.
"Lalu bisa juga dari rumah sakit, bisa juga dari industri farmasi dan kemungkinan dari tempat lain, kami akan selidiki," kata dia.
Sebelumnya, temuan Teluk Jakarta tercemar parasetamol dimuat dalam Buletin Polusi Laut yang diterbitkan oleh sciencedirect.com dengan judul "Konsentrasi Tinggi Parasetamol dalam Limbah yang Mendominasi Perairan Teluk Jakarta, Indonesia".
Dalam Buletin Polusi Laut disebutkan konsentrasi tinggi parasetamol terdeteksi di Angke dengan kadar 610 ng/L dan Ancol 420 ng/L.
Baca juga: Warga Jakarta Bakal Dilarang Gunakan Air Tanah, Begini Respons Pemprov DKI
Temuan zat parasetamol di laut merupakan temuan pertama kali di laut Indonesia berdasarkan studi Buletin Polusi Laut.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin mengatakan, dua sumber yang dicurigai menjadi muasal kandungan parasetamol adalah limbah industri farmasi dan pemakaian obat ini yang cukup besar.
"Jadi sumber bisa dari industri atau pemakaian (obat parasetamol)," ujar Zainal, Jumat (1/10/2021).
Zainal mengatakan, parasetamol merupakan obat yang bebas dijual di tengah masyarakat dan tidak memerlukan resep dokter untuk dikonsumsi.
Parasetamol yang dikonsumsi, kata Zainal, akan dikeluarkan melalui cairan seni dan kotoran yang diproduksi manusia dan mencemari air limbah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.