Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Minta Pemerintah Tak Hanya Turunkan Tarif PCR, tapi Juga Harga Reagen

Kompas.com - 28/10/2021, 13:47 WIB
Ihsanuddin,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah menurunkan tarif tes real time polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi Covid-19. Kini batas tarif tertinggi tes PCR turun menjadi Rp 275.000 untuk Pulau Jawa-Bali dan Rp 300.000 untuk daerah lainnya. Ketentuan tersebut berlaku Rabu (27/10/2021).

Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pun memastikan akan mengikuti ketentuan pemerintah untuk menurunkan harga tes PCR. Namun, Persi juga meminta pemerintah untuk menurunkan harga reagen yang menjadi komponen utama untuk pelaksanaan tes PCR.

"Kalau pemerintah menginginkan harga PCR turun sih kita senang sekali. Tapi tolong diminta agar harga reagen disesuaikan," kata Sekjen Persi, Lia G Partakusuma, Kamis.

Baca juga: YLKI Pertanyakan Struktur Harga Tes PCR dan Persentase Profit Penyedia Jasa

Lia menegaskan, tarif tes PCR sangat berkaitan dengan harga reagen yang dibeli oleh RS. Harga tes PCR memang dipatok mahal di awal pandemi karena reagen juga didapat RS dengan harga yang mahal.

Namun, seiring berjalannya waktu, harga komponen seperti reagen mulai turun sehingga RS juga bisa mengikuti kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga tes PCR.

Pada Agustus lalu, pemerintah menetapkan harga tes PCR turun ke angka Rp 495.000. Kini dengan penurunan kembali harga tes PCR ke angka Rp 275.000, maka Lia berharap harga reagen bisa kembali turun.

Ia juga menilai harusnya penurunan tarif tes PCR tidak dilakukan secara mendadak agar RS diberi waktu untuk menghabiskan stok reagen yang ada.

"Ya artinya kami kalau ada perintah untuk harga PCR turun, ya turun. Tapi kami mohon ada waktu jeda karena kan banyak yang sudah membeli dengan harga lama," ujarnya.

Lia juga menekankan, penurunan harga itu tidak boleh menurunkan kualitas tes PCR. Ia mengatakan, ada dua aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes, yakni mutu atau keakuratan hasil tes serta keamanan.

Kementerian Kesehatan sebelumnya telah berjanji akan menurunkan harga reagen menyusul turunnya tarif tes PCR.

“Jadi melakukan penurunan pada harga reagen yang masuk itu menjadi model yang akan segera kami tindak lanjuti,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pada Selasa lalu.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh menilai, dengan tarif saat ini, akan sulit bagi pelaku usaha mendapatkan reagen dengan teknologi terbaik.

"Kami lihat dari data jenis-jenis reagen PCR maka dengan harga segini, sudah pasti reagen dengan teknologi yang bagus enggak masuk harganya," kata Randy.

Randy mengatakan, reagen dengan teknologi yang baik itu berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Ia menilai, dengan penetapan harga baru tes PCR tersebut, reagen di Indonesia akan didominasi dari produksi China.

"Iya (reagen dengan harga 150.000-250.000) kebanyakan dari China, kalau Amerika Serikat reagen-nya hampir 400.000-500.000, tentu ini enggak bisa (dibeli)," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Megapolitan
Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat 'Sunset'

Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat "Sunset"

Megapolitan
Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Megapolitan
Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com