Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Goreng Naik, Pengusaha Warteg di Pademangan Mengeluh Pengeluaran Membengkak

Kompas.com - 28/10/2021, 15:33 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak goreng bekalangan mengalami kenaikan di pasaran.

Kenaikan harga minyak goreng tentu saja sangat memengaruhi penghasilan para pelaku industri yang berkaitan dengan bahan pokok tersebut.

Salah satunya pemilik usaha warteg yang berada di kawasan Pademangan Barat, Jakarta Utara, Wati (40).

Wati mengatakan, sudah beberapa minggu ini harga minyak goreng naik Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per 2 liter.

"Ini lagi mahal, biasanya cuma Rp 28.000-Rp 29.000 jadi Rp 37.000," kata Wati kepada Kompas.com, Kamis (28/10/2021).

Baca juga: Harga Minyak Goreng di Pasar Slipi Jaya Melambung Tinggi Sejak Dua Bulan Lalu

Dalam satu hari, Wati menghabiskan enam liter minyak goreng untuk memasak semua menu yang tersaji di wartegnya.

Kenaikan harga minyak goreng membuat pengeluarannya ikut bertambah.

"Ya ngaruhlah, kan pengeluaran jadinya nambah, sehari saya biasanya pakainya 6 liter, sekarang satu hari minyak doang bisa Rp 100.000 lebih," tutur Wati.

"Berpengaruh sama penghasilanlah pasti karena pengeluaran bertambah ya," lanjutnya.

Hal senada dirasakan Meni (38). Pengeluaran dari usaha warteg rumahan yang dia miliki beberapa waktu ini membengkak.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Naik, Pedagang dan Pemegang KJP Bisa Dapat Lebih Murah di Mini DC

Meni biasanya menghabiskan 3 kilogram minyak goreng setiap harinya dengan harga Rp 36.000.

Namun, satu bulan belakangan, Meni harus mengeluarkan biaya minyak goreng sebesar Rp 60.000 setiap harinya.

"Sekilo Rp 20.000 biasanya mah Rp 12.000-Rp 13.000 naik Rp 1.000 sampai Rp 20.000. Pengaruhlah ke pendapatan, belum cabainya, bahan-bahan lainnya," ucap Meni.

Baca juga: Kemendag Pastikan Stok Minyak Goreng Aman

Meni mengaku tak bisa menaikkan harga makanan yang dia jual kepada pembeli.

Agar tetap mendapat untung, Meni terpaksa mengurangi porsi makanan saat melayani pembeli.

"Ya mau enggak mau tetap beli (minyak goreng) kan, kalau harga ke pembeli enggak dinaikin, paling pas ngelayanin agak dikurangi porsinya, kalau enggak gitu ya enggak untung," lanjut Meni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com