JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, memiliki tradisi saat banjir terjadi di wilayah itu.
Mereka membiarkan anak-anak mandi dengan banjir. Hal itu diungkapkan Ketua RT 13 RW 04 Sanusi yang sudah tinggal selama 50 tahun di wilayah itu.
"Anak umur lima tahun aja dilepas sama orang tuanya, 'sono mandi dengan banjir'," kata Sanusi saat ditemui di bantaran Kali Ciliwung, Senin (1/11/2021).
Baca juga: Kebon Pala Banjir Lagi akibat Luapan Kali Ciliwung, Rumah Panggung Ikut Terendam
Tujuannya, ketika anak-anak itu sudah beranjak dewasa, kelak bisa membantu mengevakuasi korban banjir.
"Manfaatnya ada, ketika mereka bisa berenang, bisa bantu evakuasi," ujar Sanusi.
Warga Kebon Pala mengaku tidak kaget dengan banjir. Setiap tahun, banjir selalu menggenang wilayah itu.
Hal ini dikarenakan di daerah tersebut memiliki ketinggian tanah yang sejajar dengan bibir Kali Ciliwung. Beberapa rumah hanya bisa dijangkau dengan menyusuri gang kecil dan jalan menurun.
"(Banjir) ya tiap tahun. Udah langganan, keluarga kita udah enggak kaget lagi, udah biasa," kata Sanusi.
Baca juga: Kebon Pala Terendam Banjir 75 Cm Dini Hari Tadi Imbas Kali Ciliwung Meluap
Warga Kebon Pala hanya mau mengungsi saat Kali Ciliwung berstatus siaga 1 atau 2.
Selain itu, mereka memilih bertahan di rumah masing-masing.
Saat peringatan Kali Ciliwung berstatus siaga 3 misalnya, mereka tidak panik dan memilih memindahkan barang-barang berharga ke atas lemari atau tempat yang lebih tinggi.
"Kalau siaga 2 atau 3, orang-orang di sini belum pada ngungsi. Siaga 1 baru (ngungsi). Kalau siaga 1 nggak berani kita," ujar Aput (64), warga yang sudah menetap 25 tahun di bantaran Kali Ciliwung.
Terakhir, banjir menggenang wilayah Kebon Pala pada Senin (1/11/2021) dini hari. Ketinggian air 40 sentimeter.
Satu hari sebelumnya, Minggu (31/10/2021), di wilayah sama, banjir juga terjadi dengan ketinggian air mencapai 70 sentimeter.
Sementara pada Jumat (29/10/2021), ketinggian air mencapai 1,3 meter. Tidak ada warga yang mengungsi dari tiga kejadian banjir itu.
Bagi Aput, banjir sudah menjadi budaya turun-temurun di wilayahnya.
Meski rumahnya rawan banjir, ia sebenarnya tidak mau jika dipindah.
"Walaupun gubuk ini rumah kita. Mau dipindahin rusun (rumah susun), bukan rumah kita kok. Seperti lagunya God Bless, kan?," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.