Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Servis Merugi Rp 50 Juta karena Banjir, Barang Elektronik Jadi Rongsok

Kompas.com - 18/11/2021, 09:13 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Daeng (55) hanya bisa pasrah ketika banjir datang tanpa mengetuk pintu bengkel servis elektronik di Jalan Darmawanita II, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

Daeng sudah menjadi tukang servis elektronik sekaligus berbisnis jual beli barang elektronik bekas sejak 1990-an. Dari lapak 12 meter persegi itulah, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang tinggi.

Sejak itu pula, Daeng harus membiasakan diri dengan banjir, "tamu" yang selalu datang setiap hujan deras datang.

"Setengah jam (hujan) di sini, motor itu sdah susah lewat. Tinggi banjir bisa selutut. Kalau satu jam, sudah enggak bisa lewat. Di sini, (kontur tanahnya) kayak bentuk baskom, gitu," jelas Daeng saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca juga: Cerita Tukang Servis Elektronik Langganan Kebanjiran, Balapan Selamatkan Dagangan dari Kepungan Air

Daeng mengatakan, banjir yang terjadi beberapa tahun terakhir kerap membuat wilayahnya terendam air dengan ketinggian setengah hingga satu meter.

Namun, kata Daeng, banjir akhir-akhir ini lebih cepat surut, meski cepat naik. Ia menduga ini terjadi sejak saluran air diperbaiki, dan berkat gerak cepat petugas untuk memompa air ketika banjir menggenang.

Berbeda dari banjir beberapa tahun terakhir, yang memiliki frekuensi cukup sering terjadi dengan ketinggian muka air lebih rendah. Ketika banjir lima tahunan masih terjadi, kata Daeng, banjir jarang datang, tapi muka air sangat tinggi dan lama surutnya.

Saat banjir lima tahunan, tinggi muka air bisa mencapai 1-2 meter, bahkan mencapai plafon bengkelnya. Hal ini menyebabkan seluruh barang elektronik di bengkel terendam banjir.

Baca juga: Kisah Warga Periuk Tangerang yang Lelah Kebanjiran, Terpaksa Jual Rumah

Akibatnya, Daeng mengaku merugi hingga puluhan juta rupiah.

"Kalau total itu barang di sini bisa Rp 80 jutaan. Contoh harga TV bisa Rp 500.000 sampai Rp 800.000 per unit. Kalau dihitung semua bisa puluhan juta," kata dia.

Barang yang rusak karena banjir, tidak lagi bisa ia jual. Ia hanya bisa menjual mesin TV ke lapak rongsok.

"Kalau kerugiannya, bisa sekitar Rp 50 jutaan ruginya. Karena barang yang rusak kita jadi jual sebagai rongsok," kata dia.

"Kalau ditimbang Rp 3.000 per kilogram. TV cuma bisa diambil tembaganya, jadi dapat total Rp 30.000 per TV. Dari yang seharusnya Rp 500.000, bisa jadi Rp 30.000, gara-gara banjir," lanjutnya lebih rinci.

Namun, beberapa barang berupa kipas, mesin cuci, dan kloset duduk yang tidak pecah, masih bisa ia jual. Sebab, ketiga barang itu, tidak rawan karat. Daeng memiliki teknik khusus untuk menyelamatkan ketiga benda itu pascabanjir.

Daeng berharap bencana banjir di tempatnya bisa segera teratasi. Sebab, ia mengaku bingung jika harus mencari lapak sewa toko service elektroniknya dengan harga murah di tempat lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com