JAKARTA, KOMPAS.com - Patung Arjuna Wijaya menjadi salah satu seni pahatan ikonik yang terletak di jantung ibu kota, Jakarta.
Terletak di persimpangan yang memisahkan Jalan Thamrin dan Jalan Medan Merdeka, warga ibu kota pasti sudah tidak asing dengan keberadaan patung ini.
Orang-orang selama ini lebih sering menyebutnya sebagai patung kuda. Memang tak salah menyebutnya demikian, karena patung itu berbentuk rentetan delapan kuda yang menarik kereta Arjuna.
Lalu, bagaimana sejarah dan kisah pembuatan patung itu?
Patung yang diresmikan pada 1987 saat Presiden Seoharto berkuasa ini memiliki banyak makna perjuangan. Pembuat Patung Arjuna Wijaya, Nyoman Nuarta, mengatakan bahwa Patung itu dibuat setelah Seoharto berkunjung ke Turki.
Saat berada di Turki, Soeharto melihat banyak monumen yang menjelaskan cerita masa lalu Negeri Dua Benua (julukan Turki) itu di jalan-jalan protokolnya. Selepas kembali ke Jakarta, Soeharto menyadari belum ada patung yang bercerita tentang falsafah yang melambangkan sejarah kemerdekaan.
"Pak Harto waktu itu bilang, 'Jalan-jalan protokol kita belum punya monumen yang ada cerita filsafatnya.' Dia kemudian nyuruh, 'Cari dong cerita yang memuat filsafat Indonesia.' Akhirnya kita bikinlah dari kisah Perang Baratayuda," kata Nyoman, 11 Januari 2015.
Baca juga: Sterilkan Kawasan Patung Kuda dari Massa Reuni 212, Polisi Berencana Sekat Jalan hingga Malam
Setelah tema ditentukan, proses pembuatan patung pun dimulai. Pembuatan Patung Arjuna Wijaya dipimpin oleh Nyoman Nuarta dan dikerjakan oleh 40 seniman lainnya. Dikerjakan di Bandung, patung dengan bahan dasar tembaga itu menghabiskan anggaran Rp 300 juta.