JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik megahnya Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang tengah dibangun Pemprov DKI Jakarta, tampak deretan gubuk berdinding tripleks dan beratap seadanya yang menjadi pemandangan lain.
Gubuk-gubuk itu didirikan di tepi rel kereta api. Penghuninya didominasi warga yang merupakan pemulung.
Beberapa penghuni yang tinggal di gubuk-gubuk seadanya itu tetap harus membayar uang sewa kepada pemiliknya yang juga pemulung.
Baca juga: Penataan Kampung Bayam, Pemprov DKI Bangun 135 Unit Rumah, Rampung Maret 2022
Wahyu Widiawati (39) mengatakan, dirinya sudah lama tinggal di wilayah Kampung Bayam.
Namun, akibat pembangunan JIS, sebagian warga tergusur dari permukimannya. Wahyu adalah salah satu warga yang tetap bertahan dengan tinggal di bedeng-bedeng tersebut.
"Sebagian dari sini ada yang udah pindah, sebagian (tinggal) di sini. Di sini banyakan orang yang susah-susah," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com, Kamis (6/1/2022).
Wahyu mengatakan, warga yang telah pergi dari Kampung Bayam pun tersebar. Mereka, kata Wahyu, tetap mencari tempat tinggal dengan harga sewa yang murah.
"Kalau di sini Rp 250.000, itu juga bisa dicicil. Cicil Rp 10.000 sehari juga mau," kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, belum lama ini, seluruh warga yang ada di bantaran rel kereta didata oleh pihak kelurahan.
Wahyu tidak tahu pendataan tersebut untuk apa, akan tetapi semua orang telah didata.
Namun, jika pendataan itu untuk keperluan relokasi ke rumah susun (rusun), Wahyu mengaku sangat menginginkannya.
"Maulah kalau pindah rusun. Di sini semua janda, kerjanya mulung, alhamdulillah kalau dikasih rusun. Mau," kata Wahyu.
Baca juga: Ironi Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, Banjir Penghargaan tapi Ditangkap KPK
Hal senada juga disampaikan Sutrisno (58). Dia mengaku tinggal di bedeng setelah pembangunan proyek stadion progresnya sekitar 40 persen.
"Kemarin baru didata, ini juga disuruh ke kelurahan. Kurang tahu pendataan buat rusun atau bukan. Yang mendata dari kelurahan sama kamtib," kata Sutrisno.
Selain itu, Sutrisno juga tidak tahu apakah ada ganti rugi yang akan diterima warga nantinya. Menurut dia, sejauh ini warga baru diminta mengisi formulir.