Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontrasnya Gubuk Tripleks Warga Kampung Bayam di Balik Kemegahan Jakarta International Stadium

Kompas.com - 06/01/2022, 12:03 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik megahnya Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang tengah dibangun Pemprov DKI Jakarta, tampak deretan gubuk berdinding tripleks dan beratap seadanya yang menjadi pemandangan lain.

Gubuk-gubuk itu didirikan di tepi rel kereta api. Penghuninya didominasi warga yang merupakan pemulung.

Beberapa penghuni yang tinggal di gubuk-gubuk seadanya itu tetap harus membayar uang sewa kepada pemiliknya yang juga pemulung.

Baca juga: Penataan Kampung Bayam, Pemprov DKI Bangun 135 Unit Rumah, Rampung Maret 2022

Wahyu Widiawati (39) mengatakan, dirinya sudah lama tinggal di wilayah Kampung Bayam.

Namun, akibat pembangunan JIS, sebagian warga tergusur dari permukimannya. Wahyu adalah salah satu warga yang tetap bertahan dengan tinggal di bedeng-bedeng tersebut.

"Sebagian dari sini ada yang udah pindah, sebagian (tinggal) di sini. Di sini banyakan orang yang susah-susah," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com, Kamis (6/1/2022).

Wahyu mengatakan, warga yang telah pergi dari Kampung Bayam pun tersebar. Mereka, kata Wahyu, tetap mencari tempat tinggal dengan harga sewa yang murah.

"Kalau di sini Rp 250.000, itu juga bisa dicicil. Cicil Rp 10.000 sehari juga mau," kata Wahyu.

Baca juga: Ketika Keluarga di Cipinang Melayu Diserang Membabi Buta Diduga karena Ucapan Natal dan Tahun Baru...

Wahyu mengatakan, belum lama ini, seluruh warga yang ada di bantaran rel kereta didata oleh pihak kelurahan.

Wahyu tidak tahu pendataan tersebut untuk apa, akan tetapi semua orang telah didata.

Namun, jika pendataan itu untuk keperluan relokasi ke rumah susun (rusun), Wahyu mengaku sangat menginginkannya.

"Maulah kalau pindah rusun. Di sini semua janda, kerjanya mulung, alhamdulillah kalau dikasih rusun. Mau," kata Wahyu.

Baca juga: Ironi Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, Banjir Penghargaan tapi Ditangkap KPK

Hal senada juga disampaikan Sutrisno (58). Dia mengaku tinggal di bedeng setelah pembangunan proyek stadion progresnya sekitar 40 persen.

"Kemarin baru didata, ini juga disuruh ke kelurahan. Kurang tahu pendataan buat rusun atau bukan. Yang mendata dari kelurahan sama kamtib," kata Sutrisno.

Selain itu, Sutrisno juga tidak tahu apakah ada ganti rugi yang akan diterima warga nantinya. Menurut dia, sejauh ini warga baru diminta mengisi formulir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com