Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Warga Kampung Baru Kubur: Tagihan Jalan Terus meski Krisis Air

Kompas.com - 06/01/2022, 17:45 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat RT di RW 15 Kampung Baru Kubur, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, terus membayar tagihan air meski sedang krisis pasokan air dari Palyja selaku operator.

Ketua RT 07 Tony mengatakan, krisis air di wilayahnya itu telah terjadi sejak tiga bulan lalu.

Air selalu mati. Jika hidup pun airnya kotor, hitam, dan berbau busuk.

Baca juga: Kampung Baru Kubur Koja Krisis Air, Warga: Sekalinya Keluar Bau Bangkai

Terkadang air bersih hanya bisa diambil saat subuh, sekitar pukul 04.00 atau jam 05.00 WIB dengan volume yang sangat sedikit.

"Saya harus menunggu lama, baru penuh itu bak. Masa harus menunggu lama, nanti mesin pompa air bisa jebol," kata Tony saat ditemui di lokasi, Kamis (6/1/2022).

"Kami tidak pakai (air) tetap bayar. Sama saja, pakai enggak pakai tetap bayar," lanjut dia.

Tak hanya itu, Tony menyebut tagihan listriknya pun ikut membengkak karena warga harus terus mencoba mesin pompa air.

Baca juga: Warga Kampung Baru Kubur Berharap Subsidi Air dari Palyja

Setiap kali mesin dihidupkan tapi air tidak keluar, tentu tetap ada tarif listrik yang dibebankan.

Hal senada juga turut dirasakan oleh Emil, ibu rumah tangga ini mengeluhkan tagihan air yang harus terus dibayarkannya.

"Kalau telat, lewat sehari dendanya Rp 35.000. Dendanya saja!" kata Emil

Baca juga: Derita Warga Kampung Bandan, 3 Bulan Krisis Air, Bantuan Terlambat dan Diminta Bersabar

Emil berujar, normalnya tagihan air yang harus dia bayar dalam sebulan sekitar Rp 200.000. Namun, saat ini beban pembayarannya semakin bertambah karena harus mengeluarkan biaya untuk membeli air galon isi ulang sebagai pengganti air bersih yang tak mengucur seperti biasanya.

"Paling kami beli air isi ulang saja. Sehari bisa 10 galon dengan biaya di luar biaya bulanan (untuk) Palyja. Satu galonnya Rp 6.000," kata Emil.

Akibatnya, Emil pun harus merogoh kocek hingga Rp 50.000 ke atas dalam sehari hanya untuk memenuhi kebutuhan air saja.

Dia pun merasa tambahan itu sangat memberatkan, apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 yang semuanya serba naik.

Menurut Emil, hingga saat ini laporan warga atas masalah krisis air di kampungnya itu sama sekali belum direspons oleh Palyja.

Padahal dirinya sudah berkali-kali melaporkan hal tersebut. Sayangnya, setiap lapor selalu hanya ada petugas survei saja tanpa memberikan solusi perbaikan.

Bahkan dia malah diminta oleh petugas yang datang survei untuk melapor langsung ke kantor pusat Palyja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com