BEKASI, - KOMPAS.com - Fenomena catcalling atau pelecehan berbentuk verbal berupa siulan, panggilan, ataupun gestur main mata terhadap korban kembali ramai di jagat dunia maya.
Baru-baru ini, sebuah akun TikTok dengan nama pengguna @arlithanjani mengunggah sebuah video yang memperlihatkan dirinya merasa kesal saat dilecehkan. Dia pun berani mendatangi segerombolan laki-laki pelaku catcalling.
Dalam video tersebut, terlihat empat orang laki-laki pelaku catcalling sedang duduk santai di gang sempit sambil memainkan telepon genggam.
Baca juga: PDI-P Panas Ahok Dilaporkan ke KPK, Curiga Agenda 2024
Saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Arlitha yang saat itu lewat, mengatakan bahwa awalnya, empat orang laki-laki yang duduk di situ mempersilakan dirinya lewat. Namun setelah beberapa meter, empat orang laki-laki itu mulai bersiul menggodanya.
"Saat itu saya lewat juga baik-baik. Saya pakai hoodie, masker, topi, dan juga celana panjang. Saya bilang permisi, mereka mempersilakan. Setelah jarak beberapa meter, ada siulan-siulan yang menggoda. Saya berhenti, menyalakan handphone, merekam sambil bertanya. Seperti yang ada di video," ungkap Arlitha, melalui Instagram pribadinya, @arlithastevie, Sabtu (8/1/2022).
Baca juga: Survei Indikator: Prabowo Capres Terkuat, Ungguli Ganjar dan Anies
Arlitha beralasan, dirinya berani untuk merekam kejadian pelecehan yang terjadi kepada dirinya, karena ia ingin mengetahui, maksud dan tujuan gerombolan laki-laki tersebut secara sengaja melakukan pelecehan kepada dirinya.
"Saya semata-mata inginbertanya ke pelaku. Apa maksudnya mereka ngelakuin itu (siulan) ke saya. Saya dengan permisi mengatakan ingin lewat. Kenapa salah satu dari mereka secara sengaja melakukan catcalling," tambah Arlitha.
Dalam video yang berdurasi delapan detik tersebut, banyak netizen yang memuji aksi berani perempuan tersebut, namun tidak sedikit pula yang menanggap hal itu tidak perlu dilebih-lebihkan.
Menanggapi komentar netizen, Arlitha, mengatakan, komentar netizen yang menganggap hal tersebut biasa saja membuatnya merasa kesal dan bingung.
Ia mengatakan, persoalan pelecehan verbal tidak bisa dianggap sepele dan dijadikan budaya.
"Campur aduk ya. Kesel, marah, bingung, emosi, semuanya. Mereka seharusnya tahu dan paham, kalau pelecehan verbal itu tidak boleh dijadikan budaya. Wanita itu berhak untuk merasa aman dan nyaman atas tubuhnya sendiri," tambah Arlitha.
Ia pun menambahkan, ruang publik sudah seharusnya aman bagi siapapun dan tidak boleh diganggu.
"Perempuan berhak untuk mendapatkan ruang publik yang aman dan ramah tanpa gangguan. Ruang aman bagi perempuan adalah ketika perempuan merasa tenang dan nyaman tanpa rasa cemas. Bahkan, tidak perlu merasa paranoid ketika melihat ada pria asing disekitarnya," jelas Arlitha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.