JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RT 01/RW 17 Kampung Tembok Bolong, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, berharap mendapat layanan air perpipaan per rumah tangga.
Saat ini, pasokan air bersih di permukiman tersebut berasal dari master meter atau meteran induk, bukan dari meteran air per rumah dari operator air, seperti Palyja atau Aetra.
"Air kan kebutuhan primer. Inginnya sih punya air yang kapan saja bisa mengalir, bisa bayar langsung," ujar Ketua RT 01 Wati, saat ditemui di lokasi, Selasa (11/1/2022).
Baca juga: Krisis Air di Jakarta Utara Meluas ke Muara Baru, Warga: Air Mati Total Dua Hari
Meskipun master meter juga membayar tagihan per bulan, kata dia, tetapi persediaan air tidak bisa didapatkan setiap saat.
Selain itu, tarifnya pun terbilang mahal. Menurut Wati, tarif pemakaian air per kubik mencapai Rp 11.500.
Sementara, biaya yang dikeluarkan warga lebih murah jika persediaan air berasal dari pipa operator.
"Kalau ada (dari operator air) mau banget, kayak listrik begitu. Listrik bisa pasang bayar langsung ke PLN, air juga ingin sih kalau memang bisa. Punya meteran sendiri, bisa nyalain air kapan saja," ujar dia.
Dengan menggunakan master meter, Wati menuturkan, warga harus menunggu jadwal untuk mengisi tempat penampungan air hingga penuh.
"Kayak saya, jam 1 siang. Di sini ada empat blok, diatur-atur (menampung airnya). Mengalir sih mengalir, cuma ya begitu," kata dia.
Baca juga: Warga Jakarta Utara Hadapi Krisis Air Berbulan-bulan, Bukan karena Kemarau tapi Gangguan Operator
Wati mengatakan, akhir-akhir ini kondisi air dari meteran induk di kampungnya tidak mengalir seperti biasanya. Saat malam, air lebih sering tidak mengalir.
Bahkan, kata dia, warga ada yang menunggu hingga malam hanya untuk bisa mendapatkan persediaan air.
"Sekarang lagi enggak begitu lancar, warga ada yang sampai bergadang," kata dia.
Wati mengatakan, meskipun air dari master meter muncul pada waktu jadwal tertentu saja, tetapi airnya masih tetap bisa digunakan.
Meski untuk minum, warga lebih memilih membeli air galon isi ulang saja.
"Master meter ada yang punya di depan, jadi dari satu orang yang punya itu dialirkan ke warga," kata dia.
Baca juga: Warga Kampung Bandan Minta PT Palyja Segera Selesaikan Krisis Air
Dia mengatakan, master meter di kawasannya baru dimulai sekitar empat tahun lalu. Sebelumnya, warga selalu membeli air dari gerobak dorong.
"Jadi menampung dulu di satu yang punya, nanti dialirkan ke warga. Bagian mana dulu (yang dialirkan) ada jadwalnya," kata dia.
Oleh karena itu, tempat penampungan sangat penting agar warga tetap memiliki persediaan air bersih saat tidak mendapat aliran dari meteran induk.
"Tapi volume airnya (yang didapat) tergantung juga. Kalau yang punya pompa air dapatnya cepat dan lebih banyak dari yang enggak karena jadi duluan nariknya," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.