Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Sebut Pemindahan Ibu Kota Tak Akan Atasi Kemacetan Jakarta

Kompas.com - 27/01/2022, 20:22 WIB
Singgih Wiryono,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur tidak akan banyak berpengaruh terhadap kemacetan di Jakarta.

Menurut Anies, kegiatan pemerintahan di Jakarta hanya berkontribusi kurang dari tujuh persen dari kemacetan yang terjadi saat ini di Ibu Kota.

"Jadi tidak akan ada efeknya dengan kemacetan di Jakarta, karena kemacetan di Jakarta itu (banyak dipengaruhi) oleh kegiatan rumah tangga dan kegiatan usaha," ucap Anies dalam acara diskusi yang diunggah akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Kamis (27/1/2022).

Baca juga: Ketua DPRD DKI Ingin Jakarta Tetap Jadi Daerah Khusus meski Ibu Kota Dipindah

Berbeda dengan Anies, Direktur Center for Sustainable Infrastructure Development (CSID) Universitas Indonesia Mohammed Ali Berawi pernah menyebut bahwa pemindahan Ibu Kota bisa mengurangi kemacetan menahun di Jakarta.

Pandangan ini ia lontarkan pada 30 April 2019 lalu.

"Dengan adanya pemindahan Ibu Kota sebenarnya bisa mengurangi kemacetan sekitar 20-30 persen di Jakarta," kata dia.

Menurut Ali, pemindahan Ibu Kota otomatis mengurangi populasi penduduk lantaran memindahkan aparatur sipil Negara (ASN) yang jumlahnya tidak sedikit dari Jakarta.

"Kalau seandainya jumlah ASN yang dipindah ditambah jumlah anggota keluarga (ASN), pastinya akan menghasilkan jumlah (orang yang berpindah dari Jakarta) yang cukup signifikan," ujarnya.

Baca juga: Soal Pemindahan Ibu Kota, Koalisi: Masalah di Jakarta Harus Diselesaikan, Bukan Menciptakan Persoalan Baru di Kaltim

Selain itu, lanjut dia, sebenarnya perkembangan transportasi massal di Jakarta, seperti MRT dan LRT, sudah mulai mengurai kemacetan secara perlahan.

Dengan demikian, ia memandang rencana pemindahan Ibu Kota sebagai hal yang positif terhadap penyelesaian masalah kemacetan di Jakarta.

"Artinya kemacetan bisa terurai, otomatis karena memindahkan (masyarakat) dalam jumlah yang cukup signifikan. Kemudian yang kedua, otomatis juga terbentuk simpul-simpul kota baru yang dapat menggerakkan urbanisasi dan perpindahan aktivitas ekonomi," ujar Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com