JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng sejak 1 Februari 2022.
HET untuk minyak curah dipatok Rp 11.500 per liter, untuk kemasan sederhana dipatok Rp 13.500 per liter, sedangkan untuk kemasan premium dihargai Rp 14.000 per liter.
Seiring dengan perubahan harga itu, stok minyak goreng di pasaran malah langka.
Baca juga: YLKI: Syarat Belanja Minimal untuk Dapatkan Minyak Goreng Rugikan Konsumen
Warga kesulitan menemukan minyak goreng di minimarket atau toko kelontong terdekat.
Farrah (31), ibu rumah tangga di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, mengaku kesulitan mendapatkan minyak goreng kemasan di pasaran.
"Beberapa hari terakhir setelah program (murah) itu diadakan, banyak banget yang nyari-nyari minyak goreng sampai akhirnya, saya mau beli di minimarket itu sudah habis. Saya sempet nyusuri ke Jatinegara tapi sudah habis juga," kata Farrah, Selasa (8/2/2022).
Alhasil, daripada buang-buang waktu untuk mencari minyak goreng yang murah itu, Farrah memilih opsi lain.
"Jadi kalau minyak di rumah sudah habis, ya sudah saya beli saja minyak merek yang lain walaupun bedanya sekitar Rp 3.000 hingga Rp 5.000," ujar Farrah.
Baca juga: Keluhan Pedagang Warung Sulit Peroleh Minyak Goreng Murah dari Agen
Farrah meminta pemerintah memastikan stok tersedia banyak sebelum menetapkan harga minyak goreng murah.
"Lebih diperhatikan lagi terkait dengan stok. Jadi program yang ada sebanding dengan adanya persediaan. Sehingga masyarakat tidak panic buying. Kalau kayak gini kan stok minimarket jadi rebutan. Kita juga susah sendiri," tutur Farrah.
Kelangkaan minyak goreng juga dirasakan oleh Evi (37), warga Palmerah, Jakarta Barat.
"Kan padahal harganya udah turun, jadi kan enggak ada kelangkaan harusnya. Tapi kenapa saya melihat di minimarket dan indomaret dan di warung-warung itu pada habis," kata Evi.
Evi menyarankan pemerintah, khususnya aparat penegak hukum, untuk menyelidiki kelangkaan minyak goreng ini.
Baca juga: Keluhan Pedagang Warung Sulit Peroleh Minyak Goreng Murah dari Agen
"Harusnya pemerintah ngusut dong. Apa ada yang nahan-nahan minyak goreng atau bagaimana gitu," tutur Evi.
Kelangkaan minyak goreng berdampak juga terhadap program sedekah minyak jelantah yang digagas RW 001 Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.
"Saking sulit dan mahal, sekarang program minyak jelantah kami pun terhambat," kata Dwi Lestari yang berstatus sebagai Ketua RW 001 Rawa Bunga itu.
Saat ini, warga lebih memilih mengonsumsi minyak goreng sendiri ketimbang disedekahkan.
"Karena warga boro-boro untuk menyumbangkan mijel-nya, untuk keperluan pribadinya aja sulit," kata Dwi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.