Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita "Pembina" Kapal Nelayan di Muara Angke, Mencari Untung dari Hasil Tangkapan

Kompas.com - 08/04/2022, 20:38 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sambil memegang buku catatan kecilnya, Adi terus memerhatikan para nelayan yang sedang menurunkan ikan dari kapal di salah satu dermaga Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.

Pria tua itu merupakan pembina dari beberapa kapal yang kerap bersandar di Pelabuhan Muara Angke. Setidaknya, ada tujuh kapal di pelabuhan tersebut yang dibina oleh Adi.

Pembina artinya orang yang membeli hasil tangkapan para nelayan. Setiap kapal, sudah memiliki pembina masing-masing, sehingga hasil tangkapan laut mereka pasti ada pembeli.

"Semua di sini ada bosnya. (Hasilnya) dibawa pakai mobil (ke tempat penampungan). Ada yang dibawa ke lapak pasar, pengasinan, dan enggak cuma di Muara Angke saja, ada yang ke Muara Baru," kata Adi, saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (8/4/2022).

Baca juga: Nasib Nelayan Muara Angke: Di Laut Ombak Tak Bersahabat, Balik ke Darat Harga Sembako Naik...

Adi mengatakan, sejak tahun 2000 dirinya mengelola dan membeli hasil laut dari nelayan di Muara Angke.

Biasanya, ikan-ikan yang dibeli dari nelayan dijualnya kembali ke pembuat pur (makanan ternak) dan pengasin (pembuat ikan atau cumi asin).

Untuk ikan dengan kualitas buruk (BS) yang akan digunakan sebagai pur, Adi memberikan harga Rp 2.500 per kilogram kepada para nelayan. Ikan jenis apa pun akan dibelinya.

"Saya enggak tentuin jenis ikan yang dibeli, kalau buat pur apa aja yang penting ikan. Kalau yang (untuk) asin baru macam-macam," kata Adi.

Khusus pengasin, kata dia, jenis tangkapan yang paling mahal adalah cumi, harganya mencapai Rp 45.000 per kilogram.

Sementara, ikan yang paling murah juga sangat tergantung dengan jenisnya. Dia mencontohkan, ikan teri yang harganya saat ini sedang turun, mencapai Rp 18.000 per kilogram.

Baca juga: Nelayan di Muara Angke Keluhkan Sulitnya Memperoleh Bahan Bakar

Adapun dari hasil penjualan ikan para nelayan, dirinya juga mendapat keuntungan 10 persen dari total yang diterima nelayan.

Misal, jika hasil tangkapan nelayan Rp 10 juta, kata dia, maka sebesar 10 persen atau Rp 900.000 menjadi bagiannya.

Sisanya digunakan untuk perbekalan para nelayan seperti makan, minum, rokok, dan bahan bakar. Kemudian, untuk komisi juragan atau pemilik perahu dan para kru kapal.

"Jadi ambil bagian saya dulu 10 persen, ambil perbekalan, baru dibagi dua. Paling sedikit kru kapal 9 orang dan paling banyak 30 orang," kata dia.

Namun untuk keuntungan dari pembelian ikan nelayan, dia tidak bisa memastikannya. Sebab, hasil tangkapan nelayan sangat menentukan besarnya keuntungan yang didapatkan.

"Kemarin ada yang dapat 4,8 ton ikan kembung, dijual Rp 96 juta. Hari ini cuma dapat 2,5 ton. Kan jauh," ujar dia.

Baca juga: Suara Nelayan di Balikpapan: Kapal Kami Ini Kecil, Tolong Diperhatikan

Menurut Adi, untuk mendapatkan ikan dari nelayan memang tidak sulit. Namun yang menjadi kesulitan saat ini adalah sarana yang ada di daratan, salah satunya soal bahan bakar minyak untuk perahu.

"Kan ada yang industri dan subsidi. Kita masih pakai subsidi, tergantung perahu yang subsidi itu pun dibatasi sehari paling 150 liter. Sulit kita," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com