Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Minyak Goreng Sudah Beredar, Pedagang Keluhkan Ketersediaan yang Masih Belum Tentu

Kompas.com - 11/04/2022, 14:10 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketersediaan minyak goreng di pasaran saat ini sudah mulai kembali normal meski harganya tidak seperti sebelumnya.

Namun, selama Ramadhan ini ketersediaan minyak goreng justru belum menentu.

Salah satunya dialami Melan, pemilik toko minyak goreng grosiran dan sembako di Jalan Anggrek, Koja, Jakarta Utara.

"Minyak goreng sekarang biasa-biasa saja, gak kayak kemarin lagi. Kemarin-kemarin kan orang agak panik, sekarang pemerintah sudah kasih agak longgar, barangnya ada aja," kata Melan saat ditemui, Senin (11/4/2022).

Baca juga: BEM SI Akan Demo di Istana 11 April, Tuntut Jokowi Tegas Tolak Jabatan 3 Periode hingga Usut Mafia Minyak Goreng

Namun, kata dia, apakah persediaan minyak goreng tersebut aman belum dapat diketahui karena pada Sabtu (9/4/2022) lalu dirinya tidak mendapatkan barang dari pabrik.

Minyak goreng yang dijual Melan, didapatkan langsung dari pabrik dengan ketersediaan yang tidak menentu.

"Persediaan begitu kita enggak bisa tahu kan dari pabrik, cuma kadang-kadang kita ambil dari bos kita sedapatnya. Misalnya kemarin-kemarin barangnya kurang, dia kasih sedikit aja gitu. Stoknya, banyak gak banyak kita enggak bisa ngomong. Kita enggak tahu," ujar Melan.

Dia mengatakan, meskipun mengambil barang dari pabrik, tetapi terkadang dia bisa mendapatkan barang sesuai ketersediaan pabrik.

Jika barang di pabrik banyak, kata dia, maka minyak yang didapatkannya pun bisa banyak. Begitupun sebaliknya.

Baca juga: Kemensos Jamin Penyaluran BLT Minyak Goreng Bakal Tepat Sasaran

"Kita juga enggak bisa tahu dari pabrik adanya berapa. Tiap hari juga dapatnya kadang-kadang, kadang juga enggak dapat. Kemarin Sabtu juga enggak dapat," kata dia.

Sebab ketersediaan minyak goreng yang tidak menentu, Melan pun menyesuaikan penjualannya kepada masyarakat.

Jika barangnya banyak, dia tidak membatasi pembelian kepada masyarakat.

Namun, jika barangnya kurang, kata dia, maka dirinya memukul rata jumlah penjualan ke warga.

"Dikasihnya bagi-bagi semua. Kalau 10 kilo ya 10 kilo, jadi semua ada. Biasanya kan pertama orang enggak tahu, ambil 1-2 dirigen ya kita kasih aja, kita juga kan enggak tahu. Kita masih dapat (persediaan minyak) kan bawa aja. Kita kan di sini jualnya murah, dia kasih begitu jadi ya udah kita semuanya rata kasih 10 kilo," kata dia.

Melan mengatakan, dirinya menjual minyak goreng murah dengan harga per kilonya Rp 15.500.

Sebab, sudah ada harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah, pihaknya pun tidak bisa menjual mahal.

"Enggak boleh jual Rp 16.000. Pokoknya Rp 15.500. Itu juga enggak boleh melanggar, kalau melanggar kita kena hukum," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com