JAKARTA, KOMPAS.com - Saad (60) penjual minyak goreng eceran di warung kecil di daerah Plumpang, Koja, Jakarta Utara berharap harga minyak goreng kembali stabil.
Pasalnya, untuk mendapatkan minyak goreng yang akan dijualnya kembali, dia harus berkeliling ke beberapa tempat mencari yang menjual dengan harga yang murah meski tak semurah biasanya.
"Kasihan warga yang enggak punya. Kalau bisa, lebih stabil lagi harganya," kata Saad saat ditemui, Senin (12/4/2022).
Baca juga: Meski Minyak Goreng Sudah Beredar, Pedagang Keluhkan Ketersediaan yang Masih Belum Tentu
Saad membeli 17 kilogram minyak goreng untuk dijual lagi secara eceran di warung dagangan miliknya.
Biasanya, Saad menjual minyak tersebut seharga Rp 5.000 per seperempat kilo di warungnya.
"Masyarakat langsung serbu, langsung beli," kata dia.
Saad mengakui warga yang kerap membeli ke warungnya juga sempat protes karena harga minyak yang mahal.
Namun, saat itu Saad berkilah bahwa dirinya hanya menjual dan tidak mengetahui penyebab kenaikannya.
Baca juga: Mahasiswa Demo di Istana Bogor, Kritik soal Minyak Goreng Langka hingga Harga BBM Naik
"Iya, mereka sempat protes mahal, mahal. Tapi kita gak tahu, kan dari sononya. Saya jual aja," ucap dia.
Di sisi lain, Melan, pemilik toko minyak goreng grosiran dan sembako di Jalan Anggrek, Koja, Jakarta Utara mengakui bahwa saat ini ketersediaan minyak goreng sudah mulai normal.
"Minyak goreng sekarang biasa-biasa saja, gak kayak kemarin lagi. Kemarin-kemarin kan orang agak panik, sekarang pemeritnah sudah kasih agak longgar, barangnya ada aja," kata Melan.
Namun, ia belum mengetahui apakah persediaan minyak goreng tersebut aman. Sebab, pada Sabtu (9/4/2022) lalu pun, dirinya tidak mendapatkan barang dari pabrik.
Minyak goreng yang dijual Melan didapatkan langsung dari pabrik dengan ketersediaan yang tidak menentu.
"Persediaan begitu kita enggak bisa tahu kan dari pabrik, cuma kadang-kadang kita ambil dari bos kita sedapatnya. Misalnya kemarin-kemarin barangnya kurang, dia kasih sedikit aja gitu. Stoknya, banyak gak banyak kita enggak bisa ngomong. Kita enggak tahu," ujar Melan.
Dia mengatakan, meskipun mengambil barang dari pabrik, tetapi terkadang dia bisa mendapatkan barang sesuai ketersediaan pabrik.
Jika barang di pabrik banyak, kata dia, maka minyak yang didapatkannya pun bisa banyak. Begitupun sebaliknya.
"Kita juga enggak bisa tahu dari pabrik adanya berapa. Tiap hari juga dapatnya kadang-kadang, kadang juga enggak dapat. Kemarin Sabtu juga enggak dapat," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.