KOMPAS.com - Sebutan Macan Kemayoran memang tak asing di telinga. Macan Kemayoran merupakan julukan untuk jagoan betawi bernama Murtado.
Murtado merupakan tokoh betawi yang disegani pada zaman dahulu. Ia merupakan warga asli Kemayoran, Jakarta Pusat. Namanya mulai dikenal saat kegigihannya melawan tentara Belanda saat zaman penjajahan.
Murtado mempunyai sifat-sifat yang baik, tidak sombong, baik kepada anak kecil, hormat kepada orang tua, dan senantiasa bersedia menolong orang-orang yang mendapat kesusahan.
Selain itu ia juga sudah menekuni ilmu agama dan bela diri dari sejak kecil. Oleh karena itu Murtado pun digemari penduduk sekampung.
Saat situasi Kemayoran tidak tenteram, banyak penduduk yang tertekan karena adanya ancaman dari kompeni Belanda. Sampai suatu ketika seorang tuan Belanda bernama Rusendal meminta orang kepercayaannya yang bernama Bek Lihun memeras rakyat.
Pemerasan dilakukan dengan berkedok pajak. Bahkan berbagai pungutan liar sangat mengggila kala itu.
Melihat situasi tersebut, Murtado tak tinggal diam. Dua orang tukang pukul dari Tanjung Priok yang diutus Bek Lihun untuk membunuh Murtado berhasil dikalahkannya di daerah Kwitang.
Setelah kejadian-kejadian itu, Bek Lihun mulai menghargai Murtado. Keduanya pun kemudian berteman baik.
Pada saat itu ada seorang bernama Warsa. Ia merupakan pimpinan dari beberapa gerombolan perampok. Saking banyaknya perampokan di Kemayoran, Bek Lihun pun mendapat teguran dari Tuan Belanda karena tidak lagi dapat menjaga keamanan di kampungnya.
Bek Lihun akhirnya meminta bantuan kepada Murtado. Murtado sebetulnya tidak ingin membantu Belanda namun ia menyadari, bahwa mereka juga bertanggung jawab atas keamanan kampung tersebut.
Baca juga: Mengenal Nama-nama Tokoh dalam Cerita Si Pitung
Pada akhirnya Murtado bersedia membantu Bek Lihun. Bersama dua orang temannya yang bernama Saomin dan Sarpin, gerombolan rampok itu akhirnya dapat dikalahkan. Warsa sendiri mati di tangan Murtado. Lalu hasil rampok dikembalikan oleh Murtado ke pemiliknya.
Oleh karena itulah semua rakyat di daerah Kemayoran merasa berhutang budi kepada Murtado. Termasuk tuan Belanda yang ingin mengangkatnya menjadi Bek di Kemayoran menggantikan Bek Lihun.
Namun tawaran tersebut ditolaknya, karena Murtado tidak ingin menjadi bawahan penjajah. Dari situlah kemudian Murtado di sebut si Macan Kemayoran.
Referensi: