Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Penamaan JIS, Brand yang Keren dan Bangga Berbahasa Indonesia

Kompas.com - 13/05/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

SEORANG kolega dari Malaysia yang sedang berkunjung ke Jakarta dalam rangka program pertukaran mahasiswa mengeluhkan ketiadaan petunjuk jalan berbahasa Inggris di jalan-jalan yang dia telusuri di Jakarta.

Walau banyak kemiripan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu, tetap saja belum cukup membantu. Bahasa Inggris masih dirasa lebih mudah dimengerti baginya.

Ia membandingkan dengan kondisi di negaranya yang terbiasa akrab dengan bahasa Inggris, selain bahasa Melayu sebagai bahasa resmi negara.

Ya, bahasa Inggris telah menjadi keseharian di negara tetangga dekat kita ini. Tak heran jika penduduk Malaysia cukup fasih berbahasa Inggris dengan logat khasnya.

Sementara di Indonesia, walau bahasa Inggris bukan bahasa kedua, apalagi diakui resmi, namun sebagian masyarakat sesungguhnya cukup “fasih” berbahasa Inggris.

Kebiasaan sejumlah orang Indonesia mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris sudah menjadi hal biasa.

Bukan karena tidak ada padanan bahasa Indonesia-nya, tetapi mungkin dirasa lebih keren dan dipandang lebih “berpendidikan” ketimbang menggunakan bahasa Indonesia secara penuh.

Di televisi dan radio, kombinasi bahasa Indonesia dan Inggris sudah hal biasa. Penyiar radio terbilang yang paling getol berbahasa Inggris dan Indonesia setengah-setengah.

Untung saja sejumlah media cetak masih cukup disiplin menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Minimal tidak campur aduk.

Bahkan berupaya mencari dan mensosialisasikan kepada publik padanan kata yang tepat sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Akrabnya orang Indonesia, dari pejabat negara, figur publik, reporter, pembawa acara, artis hingga orang awam, biasa berbahasa Indonesia campur bahasa Inggris.

Belum lagi ketidakpahaman penggunaan bahasa Indonesia yang suka salah kaprah. Misalnya tidak dapat membedakan kapan menggunakan kata “kita” dengan “kami”. Sungguh bikin runyam.

Selain “fasih” berbahasa Inggris, istilah asing yang sesungguhnya sudah ada padanan Bahasa Indonesia-nya, lebih sering digunakan. Mungkin, sekali lagi, terdengar lebih keren, lebih internasional.

Ironis juga, padahal Bahasa Indonesia diproyeksikan akan menjadi salah satu bahasa internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com