Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kelebihan Murid SMAN di Kota Tangerang, Pihak Berkuasa dan Berduit Paksa Masukkan Anaknya

Kompas.com - 23/05/2022, 16:46 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Ombudsman perwakilan Banten mengungkap penyebab serta dampak dari kejadian kelebihan murid yang dialami tingkat SMAN di Kota Tangerang.

Untuk diketahui, jumlah murid yang berada di SMAN di Kota Tangerang saat ini melebihi daya tampung jalur penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2021.

Secara keseluruhan terdapat kelebihan 391 murid di 12 sekolah dari 15 SMAN di sana.

Kepala Keasistenan Pemeriksaan Laporan Ombudsman Perwakilan Banten Zainal Muttaqin menggambarkan, satu kelas di sebuah SMAN idealnya diisi 36 siswa.

Baca juga: SMA dan SMK di Kota Tangerang Disebut Kelebihan Siswa dan Rombongan Belajar dalam Satu Kelas

Dengan jumlah tersebut, guru di sebuah kelas bakal mengajar dengan lebih optimal.

"Artinya itu optimalnya guru, guru bisa mengajar dengan baik. Kalau lebih, kemungkinan besar si guru akan kehilangan kontrol terhadap kelas," ucap Zainal, kepada Kompas.com, Senin (23/5/2022).

Menurut dia, seorang guru akan kehilangan kontrol di kelas karena terlalu banyak siswa. Ia menilai bahwa 36 murid saja sudah tergolong jumlah yang besar.

Di sisi lain, Zainal menggambarkan, sebuah kelas diisi oleh 45-50 siswa. Ia menilai, dampaknya tak hanya dirasakan oleh guru yang tak bisa mengontrol kelasnya.

Baca juga: 4 Jalur dan Kuota PPDB SMA-SKh 2022 di Kota Tangerang

Namun, ruang kelas itu juga dinilai bakal tak nyaman untuk digunakan.

"Jadi, siswa belajar enggak optimal. Kira-kira begitu dampak salah satunya," sebutnya.

Zainal lantas mengungkapkan penyebab kejadian kelebihan murid itu. Menurut dia, ada sejumlah pihak yang memaksakan anaknya masuk di SMAN di Kota Tangerang.

Pemaksaan itu bisa dalam bentuk kekuasaan, pengaruh berbentuk massa, pengaruh berbentuk uang, dan lainnya.

Menurut dia, proses itu dilakukan pihak tertentu kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten atau langsung ke SMAN yang dimaksud.

Dengan kata lain, mereka memaksakan anaknya masuk SMAN tanpa jalur resminya, yakni PPDB.

"Ada pihak-pihak yang merasa dengan kekuasaannya, pengaruhnya berbentuk massa atau uang, dan sebagainya, itu minta saja," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com