Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tagar "Gak Percuma Lapor Damkar" Populer, Kadis DKI: "Bersyukur, Peran dan Fungsi Kami Makin Terlihat"

Kompas.com - 29/05/2022, 08:48 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tagar "Gak Percuma Lapor Damkar" kerap bergema di media sosial akhir-akhir ini. Tagar itu digaungkan oleh masyarakat untuk menghormati kerja-kerja petugas pemadam kebakaran.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi mengatakan bahwa petugas merasa terhormat dan terharu saat mendapat apresiasi yang viral tersebut.

"Bersyukur, peran dan fungsi kami semakin terlihat. Terharu juga kami melihat perubahan dan apresiasi masyarakat," kata Satriadi saat dihubungi, Sabtu (28/5/2022).

Satriadi mengatakan selama bertugas, memang petugas pemadam kebakaran (damkar) dilarang menerima imbalan berupa uang atau materi lainnya dari korban atau masyarakat yang dibantu.

"Kami tidak menerima imbalan berupa uang sedikit pun. Kami hanya meminta jika berkenan, ucapan terima kasih. Banyak masyarakat yang memberikan apresiasi lebih, contohnya melalui ucapan terima kasih dari sosmed tersebut, yang mungkin berujung pada tagar gak percuma lapor damkar tersebut," ungkap Satriadi.

Baca juga: [ARSIP KRIMINAL] Tragedi Perampokan Sadis Pulomas, 11 Orang Disekap di Kamar Mandi hingga 6 Tewas

Satriadi mengatakan respon positif masyarakat saat ini dianggapnya cukup berbeda dibandingkan dahulu.

Menurutnya, kini banyak masyarakat yang menyadari bahwa fungsi petugas damkar tidak hanya memadamkan kebakaran, melainkan juga penyelamatan.

"Akibat penyelamatan ini, saya kira mengubah paradigma masyarakat bahwa eksistensi petugas pemadam yang cukup dirasakan. Kalau dulu, mungkin petugas dikenal hanya bekerja kalau ada kebakaran saja, padahal tidak demikian," ungkap Satriadi.

"Fungsi kami yakni pemadam kebakaran dan penyelamatan. Nah ini yang mungkin lebih banyak dirasakan masyarakat akhir-akhir ini, penyelamatan. Seperti evakuasi sarang tawon, ular, bahkan persoalan cincin, kartu ATM, dan lainnya," lanjut dia.

Respon terhadap aksi penyelamat, diakui Satriadi berbanding terbalik dengan respon masyarakat ketika peristiwa kebakaran.

Baca juga: Catat! Ini Perubahan Rute KRL Lintas Bogor dan Bekasi yang Berlaku Mulai Hari Ini

"Kalau kebakaran biasanya kami dicaci maki. Entah dibilang bahwa kami terlambat datang, atau macam-macam alasan lainnya," kata Satriadi dengan kecew.

Padahal, menurutnya, dalam peristiwa kebakaran, petugas memiliki banyak keterbatasan.

"Pertama, kami pasti tidak akan tiba lebih dahulu dari kobaran api. Saat petugas tiba itu pasti api sudah besar. Laporan juga tiba ke kami di saat api sudah berkobar," kata dia.

"Selain itu, kami pun membutuhkan waktu menuju ke lokasi, belum lagi dengan segala hambatan di jalan," pungkas Satriadi.

Menyikapi hal tersebut, Satriadi mengatakan pihaknya terus berusaha meningkatkan kecepatan penanggulangan kebakaran.

"Yang kami usahakan adalah mempercepat respon dari laporan yang datang," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com