JAKARTA, KOMPAS.com - Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat mencatat, terdapat delapan kasus suspek hepatitis akut misterius di Jakarta Barat hingga Senin (30/5/2022).
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Sudinkes Jakarta Barat Arum Ambarsari menjelaskan, satu di antara pasien tersebut telah meninggal dunia pada 19 April 2022.
Sementara itu, tiga pasien di antaranya kini telah melakukan rawat jalan, sedangkan empat lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Baca juga: 8 Kasus Suspek Hepatitis Akut Misterius Terdeteksi di Jakarta Barat, 1 di Antaranya Meninggal Dunia
Arum menjelaskan, ketujuh pasien sempat mengalami gejala serupa, yakni demam dan masalah pencernaan.
"Gejala pasien suspek hepatitis akut tersebut bervariasi, rata-rata ada demam dan gejala pencernaan," kata Arum saat ditemui di RPTRA Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (31/5/2022).
Arum sebelumnya menjelaskan, pasien suspek hepatitis akut yang telah meninggal dunia juga mengalami gejala yang mirip.
Sebelum meninggal dunia, pasien berusia 8 tahun tersebut sempat menerima perawatan. Saat itu, pasien dilaporkan mengalami gejala mual hingga kulit menguning.
"Awalnya demam dan mual muntah. Kemudian diare, lalu mulai (mata dan kulit) kuning dan turun kesadaran," jelas Arum saat dikonfirmasi, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Jokowi Akan Hadiri Formula E, Polisi Tutup Akses Jalan dari Kendaraan Besar
Ia menjelaskan, gejala awal hepatitis akut misterius tersebut yakni mual, muntah, diare berat, dan demam ringan.
Setelah mengalami gejala awal, lanjut Arum, pasien memungkinkan mengalami gejala lanjutan seperti warna mata dan kulit menguning, gangguan pembekuan darah, kejang, dan menurunnya kesadaran.
Selain itu, zat buang pasien juga akan mengeluarkan warna yang tidak biasa. Urine akan berwana pekat seperti air teh dan feses berwarna putih pucat.
Baca juga: Ketika Penumpang KRL Beradaptasi dengan Perubahan Rute yang Dirasa Merepotkan
Arum mengimbau, para orangtua yang mengetahui anaknya mengalami gejala-gejala tersebut untuk segera membawa sang anak ke rumah sakit.
"Jangan menunda-nunda, jadi sekarang kita dorong supaya masyarakat menyadari gejala ini. Jangan sampai masyarakat terlambat untuk dibawa ke fasilitas kesehatan, karena penyakit sangat bisa sembuh," imbau Arum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.