TANGERANG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang mencatat, prevalensi stunting di wilayah tersebut berada di angka 15,3 persen pada tahun 2021.
Kepala Dinkes Kota Tangerang Dini Anggraeini berujar, sebagai perbandingannya, prevalensi stunting di Provinsi Banten tahun 2021 berada di angka 24,5 persen.
"Kemudian, prevalensi stunting di Indonesia tahun 2021 itu 24,4 persen. Prevalensi stunting Kota Tangerang tahun 2021 itu 15,3 persen," ucapnya saat dihubungi, Jumat (17/6/2022).
Baca juga: Lurah Kartini Jakpus Minta Puskesmas dan Sudinkes Gencarkan Penurunan Kasus Stunting
Dengan demikian, menurut Dini, prevalensi stunting di Kota Tangerang berada di bawah angka prevalensi stunting Provinsi Banten atau bahkan nasional.
Di sisi lain, Dini mengaku bahwa Dinkes Kota Tangerang belum mengetahui penyebab stunting di wilayah tersebut.
Menurut dia, pihaknya harus menganalisa terlebih dahulu penyebab stunting di wilayah tersebut.
Baca juga: Tekan Kasus Stunting, Kelurahan Kartini Berikan Makanan Tambahan Bergizi untuk Balita
"Penyebab mayoritas stunting di Kota Tangerang, yang determinan, belum dapat dipastikan. Masih perlu kita analisa mendalam," akuinya.
Sementara itu, Dinkes Kota Tangerang berupaya untuk menangani stunting di wilayah tersebut dengan dua cara, yakni intervensi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Dini menuturkan, beberapa langkah yang termasuk dalam intervensi spesifik adalah optimalisasi surveilans gizi, edukasi dizi dan distribusi tablet penambah darah bagi remaja putri, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu.
Baca juga: Cegah Stunting, Jaga Sanitasi dan Nutrisi Anak di 1.000 Hari Pertama Kehidupan
"Lalu, distribusi vitamin A, peningkatan pemberian makan bayi dan anak, dan lainnya," tambah dia.
Kemudian, sejumlah langkah yang termasuk dalam intervensi gizi sensitif adalah pemberian pangan bergizi, beeagan, seimbang dan aman di lokus stunting; peningkatan akses air minum; serta peningkatan layanan keluarga berencana.
Untuk dikerahui, stunting adalah ganggungan pertumbuhan fisiknya pada anak. Bertubuh pendek merupakan salah satu indikasi dari anak dengan kondisi stunting.
Selain ditandai dengan bertubuh pendek atau kerdil, stunting juga ditandai dengan terganggu perkembangan otak.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan pada 2018, menyebutkan, 3 dari 10 anak Indonesia bertubuh pendek.
Berdasarkan standar WHO, total persentase anak stunting di suatu negara maksimal 20 persen.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, angka balita stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.