JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menyebutkan bahwa kartu pers dari wartawan berinisial FP (45) yang dikeroyok hingga tewas di Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur, sudah tidak aktif lagi.
"Kalau menurut kartunya (kartu pers) wartawan. Dia punya kartu wartawan, (lokasinya) di Sorong, Papua," ujar Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kramatjati Kompol Tuti Aini di Mapolres Jakarta Timur, Senin (1/8/2022).
Tuti melanjutkan, korban bekerja sebagai juru parkir semenjak pulang ke Jakarta.
"Setelah dia (korban) ke sini, dia kerjanya itu tadi, tukang parkir. Ya mungkin sambil nyari-nyari kerja lah," kata Tuti.
Kasus pengeroyokan bermula ketika MR, pelaku utama, merasa sakit hati usai ditegur karena kencing sembarangan.
Baca juga: Wartawan Dikeroyok hingga Tewas di Cililitan, Berawal Larang Pemuda Kencing Sembarangan
"Jadi MR kencing di luar rumah (korban), ditegur oleh salah satu saksi. Ternyata saksi dimarahi, sehingga korban keluar lalu memarahi balik (MR). Kemudian cekcok," ujar Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur Komisaris Besar Budi Sartono, Senin (1/8/2022).
Karena tidak terima, MR kemudian memanggil ayahnya, AE. Keduanya mendatangi rumah FP dan mengeroyok korban.
Budi mengatakan bahwa korban dan pelaku saling mengenal.
"Dari situlah terjadi pengeroyokan. Awalnya tangan korban dipegang, lalu dipukul kepala korban oleh MR pakai batu. Akhirnya disusul pakai balok dan akhirnya pakai parang," kata Budi.
Baca juga: Berawal Selisih Paham, Seorang Wartawan Dikeroyok hingga Tewas di Cililitan
Parang itu milik korban, yang awalnya melawan, tetapi kalah jumlah.
"Korban jatuh, sehingga diambil parang oleh pelaku utama," ujar Budi.
Terkini, polisi berhasil menangkap AE di Riau, Jumat (29/7/2022) lalu.
"Masih ada satu lagi yang masih dalam daftar pencarian orang (DPO) dengan inisial AR," ujar Budi.
Budi belum mengetahui peran AR dalam kasus pembunuhan ini. Polisi masih mendalami peran yang bersangkutan.
Baca juga: Polisi Sebut JNE Kubur Sembako Bantuan Presiden di Lapangan KSU Depok karena Rusak Terkena Hujan
"Masih kami dalami, karena yang bersangkutan (AR) memang hadir pada saat itu," kata Budi.