JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang melakukan penjenamaan rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta disebut strategi untuk menyentuh pemilih akar rumput.
Anies diketahui melakukan penjenamaan itu pada Rabu (3/8/2022)
"Kalau yang saya bisa baca itu, Pak Anies ini berupaya menyebarkan legacy simbolik, yang itu bisa menyentuh pemilih akar rumput," ujar Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati kepada awak media, Jumat (5/8/2022).
Baca juga: Anies Baswedan Suka Ganti Nama Selama Menjabat, Termasuk Program Sandiaga, Ini Daftarnya
Dengan kata lain, menurut dia, penjenamaan itu dilakukan untuk meraih empati dari masyarakat menengah bawah.
Sebab, saat ini masih terdapat ketimpangan budaya (gap culture) dalam hal akses menuju rumah sakit.
Rumah sakit dipandang hanya bisa diakses oleh masyarakat menengah ke atas dan belum tentu bisa diakses oleh masyarakat menengah ke bawah.
Wasisto menyatakan, untuk mengurangi ketimpangan itu dan meraih empati dari masyarakat menengah ke bawah, Anies lantas melakukan branding Rumah Sehat untuk Jakarta.
Baca juga: Anies Minta Warga Kunjungi RS Selagi Sehat untuk Medical Check Up dan Konsultasi
"Sehingga diberi labelnya rumah sehat itu sebagai bagian dari upaya untuk bisa menarik simpati atau empati. Jadi ini lebih seperti upaya Pak Anies untuk menarik simpati akar rumput," sebut Wasisto.
Ia melanjutkan, selain penjenamaan itu, Anies juga mengganti nama 22 jalan di Ibu Kota menjadi nama-nama tokoh Betawi.
Menurut Wasisto, tujuan dari penggantian nama itu juga untuk menyentuh pemilih akar rumput.
Sebab, Betawi merupakan pribumi dari DKI Jakarta. Warga Betawi kemudian turut memberikan rasa simpatinya kepada Anies selaku empunya program perubahan nama jalan.
"Kita lihat, pertama, mengubah nama jalan menjadi nama Betawi. Ya jelas cara Pak Anies untuk bisa menarik simpati dari masyarakat asli ya, kalau dalam hal ini pribumi ya, betawi," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Anies melakukan penjenamaan RSUD menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta. Menurut dia, penjenamaan itu telah dibahas sejak 2019.
Katanya, Pemprov DKI Jakarta mulai menyiapkan sejumlah langkah terkait penjemanaan menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta pada 2020.
Namun, program itu terhenti pada 2022 karena munculnya pandemi Covid-19.