JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran yang menimbulkan korban jiwa kembali terjadi di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Rumah toko (ruko) empat lantai yang menjadi tempat usaha makanan sekaligus indekos di Jalan Duri Selatan 1 terbakar pada Rabu (17/8/2022) pagi.
Enam orang meninggal dalam kebakaran tersebut. Diduga mereka terperangkap dan sulit menyelamatkan diri karena jendela pada bangunan tersebut dipasangi terali besi.
Baca juga: Penghuni Indekos di Tambora Lolos dari Kebakaran Setelah Menjebol Terali Besi
Pengendali Pleton C Sektor Tambora Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat, Dadang Ahmid mengatakan, ada banyak peristiwa kebakaran melanda bangunan yang dipasangi terali besi.
"Saya hampir empat tahun bertugas di Tambora. Memang, kasus kebakaran paling banyak di Tambora itu pada rumah semipermanen, tapi obyek kebakaran bangunan yang diterali juga hampir sama banyaknya," kata Dadang kepada Kompas.com, Sabtu (20/8/2022).
Dadang mengatakan, sebagian besar bangunan berterali besi merupakan ruko, tidak sedikit pula rumah hunian.
Ia menuturkan, terali besi cukup menyulitkan proses evakuasi karena kemungkinan besar korban terperangkap ketika terjadi kebakaran. Selain itu, terali juga menghambat upaya pemadaman api.
"Kalau full diterali, itu sulit. Kalau diteralis itu, kami hanya bisa nembak air dari luar karena petugas enggak bisa masuk. Petugas cuma bisa masuk kalau ada aksesnya. Dan kalau full rapat diterali, akan sulit," ungkap Dadang.
Baca juga: Kenangan Pahit Petugas Damkar Saat Temukan Korban Tewas dalam Kebakaran Indekos di Tambora
Dadang mengungkapkan, petugas pemadam bisa saja menjebol terali besi dengan alat khusus, namun hal itu memakan waktu yang lama.
"Kami jarang menjebol terali besi saat kebakaran. Kami biasanya lebih memilih mencari akses masuk lain yang lebih mudah dilalui. Kalau misalkan bukan besi, kalau masih kaca atau lainnya, masih mudah kami jebol. Kalau besi membutuhkan waktu lama," jelas Dadang.
Dadang pun berharap, warga mempertimbangkan agar tidak memasang terali besi pada bangunan karena dapat menghambat upaya penyelamatan saat terjadi kebakaran.
"Biar mempermudah petugas dalam menyelamatkan saat terjadi kebakaran. Biar aksesnya mudah. Biar petugas bisa masuk, dan enggak ada orang yang kejebak," harap Dadang.
Selain itu ia mengingatkan kepada warga untuk menyiapkan jalur evakuasi pada tiap bangunan.
"Kalau memang mau diterali, tolong disediakan akses untuk menyelamatkan diri," kata Dadang.
Diberitakan, peristiwa kebakaran indekos di Tambora menyebabkan 6 orang meninggal dan 3 orang mengalami luka bakar.
Baca juga: Teralis Besi di Rumah Warga Tambora, Melindungi saat Kerusuhan 1998, Memerangkap saat Kebakaran
Pada Jumat (19/8/2022) siang, empat jenazah telah berhasil teridentifikasi. Keempat korban yang teridentifikasi atas nama Hamid (24), Edi Sunarto (40), Gholib Mawardi (24), dan Alex Candra (19).
Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramatjati Brigadir Jenderal Haryanto mengatakan hampir seluruh korban tidak dapat dikenali. Oleh karena itu, tim Forensik RS Polri tidak bisa mengidentifikasi jenazah lewat sidik jari.
"Seluruh korban hampir tidak dapat dikenali secara visual. Untuk sidik jari sudah tidak bisa dilakukan pemeriksaan lagi karena efek daripada kebakaran tersebut," ungkap Haryanto di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Tambora Kompol Rosana Albertina Labobar mengatakan, api diduga akibat korsleting kipas angin dari salah satu kamar kos.
"Masih penyelidikan, hasil laboratorium forensik belum keluar," kata Rosana saat dihubungi, Sabtu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.