JAKARTA, KOMPAS.com - Teka-teki terkait penyebab kecelakaan truk maut di Jalan Sultan Agung, Bekasi Barat pada Rabu (31/8/2022), yang menewaskan 10 orang dan membuat 23 lainnya terluka, mulai terjawab.
Awalnya, polisi menduga truk itu mengalami rem blong hilang kendali dan menabrak sejumlah orang hingga tiang komunikasi hingga roboh.
Namun, polisi sudah memastikan kondisi truk kontainer pengangkut besi itu tidak dalam keadaan rem blong.
Saat dievakuasi dari lokasi kejadian di depan SDN Kota Baru II dan III, truk itu dalam kondisi baik. Selain itu, ditemukan jejak pengereman di sekitar lokasi kecelakaan.
Belakangan, berdasarkan investigasi kepolisian dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, terungkap faktor lain yang menyebabkan kecelakaan maut itu.
Salah satu faktor penyebab kecelakaan itu adalah karena sopir truk kontainer berinisial S (30) dalam keadaan mengantuk saat mengemudi.
Hal itu diakui sopir truk saat diperiksa pihak kepolisian.
"Dia berangkat dari Narogong tujuan Surabaya, mengantuk," kata Kasat Lantas Polres Metro Bekasi Kota AKBP Agung Pitoyo, dilansir dari Tribun Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Baca juga: Sopir Truk Kontainer dalam Kecelakaan Maut di Bekasi Jadi Tersangka
Kendati demikian, polisi tidak menemukan indikasi sopir dalam pengaruh alkohol atau pun narkoba.
"Karena sudah tes urine hasilnya negatif," ujar Agung.
Polisi pun sudah menetapkan sopir truk itu sebagai tersangka karena dianggap lalai sehingga menimbulkan kecelakaan yang menghilangkan banyak nyawa.
Menurut Agung, S diduga melanggar Pasal 310 Ayat 4 Undang-Undang Lalu Lintas dan terancam hukuman penjara selama 6 tahun.
Selain polisi, KNKT juga telah menginvestigasi kecelakaan truk trailer yang menimbulkan banyak korban ini.
Investigator senior KNKT Ahmad Wildan menyebutkan, kecelakaan tunggal truk terjadi salah satunya karena pengemudi terdistraksi saat dia salah jalan.
"Seharusnya (dia) masuk ke Tol Bekasi Barat, tapi justru ke arah Kranji. Masuk ke jalanan yang padat, sementara kendaraan yang dia bawa besar dengan muatan melebihi kapasitasnya," tutur Wildan kepada Kompas.com, Jumat (2/9/2022).