TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pertalite dan solar menimbulkan keresahan bagi para sopir angkutan umum atau angkot dan pengemudi ojek daring.
Per Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB, harga pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.
Selain itu, pemerintah juga mengumumkan kenaikan harga pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.
Imbasnya, para sopir angkutan di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan dihadapkan pada sebuah dilema. Tidak ada pilihan lain, mereka terpaksa menaikkan tarif meski belum ada keputusan resmi Organisasi Angkutan Darat (Organda).
Di sisi lain, mereka menyadari bahwa penyesuaian tarif itu akan memberatkan penumpang di tengah ekonomi yang sedang sulit akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Harga BBM Naik, Dewan Transportasi Jakarta: Tarif Angkutan Publik Seharusnya Tak Perlu Ikut Naik
"Seharusnya ada kenaikan Rp 1.000. Tapi enggak semua penumpang maklumin," ujar Wahyudin (57), salah seorang sopir angkot di Stasiun Sudimara, Tangsel, Senin (5/9/2022).
Menurut Wahyudin, ada beberapa sopir yang berinisiatif menaikkan tarif mulai Senin. Sebagian lagi tidak berani meminta tarif tambahan karena belum ada instruksi resmi dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Tangsel.
"Baru hari ini, Senin. Itu juga inisiatif masing-masing saja," kata Wahyudin.
Adapun tarif angkutan umum D06 rute Ciputat-Jombang yaitu berkisar Rp 2.000 hingga Rp 5.000.
Besaran tarif tergantung dari berapa jarak yang ditempuh angkot menuju tempat tujuan penumpang.
Kendati demikian, Wahyudin mengaku tidak memaksakan kepada penumpang jika memang ada yang keberatan dengan kenaikan tarif Rp 1.000 tersebut.
Sopir angkot lainnya, Amsuri (42), masih menetapkan tarif lama dan tidak meminta tambahan kepada penumpang.
"Tarif penumpang masih tarif lama, sebenarnya enggak perlu diminta seharusnya tahu. Ada yang ngerti ada yang enggak," kata Amsuri.
Ia tidak meminta tambahan tarif lantaran takut penumpang langganannya berkurang. Namun, ia akan sangat senang jika ada penumpang yang memberi tambahan ongkos dengan kesadaran sendiri.
"Kalau ngerti, kasih tambahan, saya enggak minta tambahan takut konsumen kabur. Soalnya belum ada (instruksi) dari Organda Tangsel," pungkas dia.
Baca juga: Harga BBM Naik, Menhub: Penyesuaian Tarif Angkutan Harus Dilakukan
Tak hanya kenaikan tarif, para sopir angkutan juga mengeluhkan penggunaan aplikasi MyPertamina untuk memperoleh BBM subsidi.
Suhendra (47) misalnya, ia mengaku sudah mengunduh aplikasi MyPertamina untuk memperoleh pertalite.
Akan tetapi, terkadang aplikasi MyPertamina mengalamai kendala sehingga tidak bisa digunakan.
"Sudah naik BBM, bikin ribet lagi aplikasi. Kan sopir jarang ada yang punya Android, enggak ngerti Android, sudah tua semua," ujarnya di Stasiun Sudimara, Tangsel.
"Sulitnya karena ada aplikasi, kalau naiknya (BBM) enggak masalah. Mudah-mudahan enggak ada aplikasilah buat ngisi minyak, yang masalah itu aplikasi," lanjut dia.
Hal senada diungkapkan Slamet (48). Menurut dia, para sopir tidak terlalu keberatan dengan kenaikan harga BBM, asalkan dipermudah dalam memperoleh pertalite.