JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu siswa MTsN 19 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Muh Adnan Efendi (13) menjadi korban meninggal tertimpa tembok roboh pada Kamis (6/10/2022) sore.
Kabar meninggalnya Adnan membuat seluruh keluarganya terpukul, tak terkecuali pamannya, Harsono (47).
Menurut penuturan Harsono, kepergian Adnan untuk selamanya di kala petang itu menjadi momentum kelam bagi keluarganya.
Baca juga: Sahabat Kenang Dendis, Korban Tembok Roboh MTsn 19: Orang yang Meramaikan Tongkrongan
"Sungguh petang kelam yang saya dan sekeluarga tidak harapkan. Sampai menjelang malam saya berharap dia pulang ke rumah," ujar Harsono saat ditemui di Tempat Pemakaman Umum Kopo, Limo, Depok, Jumat (7/10/2022).
Dia menyampaikan, insiden tembok roboh yang mengakibatkan korban meninggal dunia merupakan musibah yang tak bisa dihindari.
"Memang ini sudah menjadi takdirnya yang kita juga tidak bisa menolak itu," imbuh Harsono.
Saat kejadian maut tersebut, Harsono tengah bekerja di lokasi yang tak jauh dari sekolah.
Baca juga: Gedung MTsN 19 Pondok Labu Direnovasi, Proses Belajar Dipindah ke Sekolah Lain
Mendengar kabar keponakannya menjadi korban, ia lantas berlari untuk menemukan Adnan.
Sayangnya, situasi jalanan yang kala itu dipadati kendaraan ditambah dengan hujan deras membuatnya sedikit terlambat sampai di lokasi.
"Saat saya sampai lokasi, tim SAR sudah ramai dan air juga sudah tinggi, sampai dada orang dewasa di lantai satu sekolah," jelas dia.
Harsono pun langsung mencari keberadaan Adnan di sekolah, namun ternyata ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Prikasih, Jakarta Selatan.
Tak lama, dia mendapatkan kabar bahwa Adnan telah dinyatakan meninggal dunia.
Baca juga: Air Mata Sang Ibu Iringi Pemakaman Korban Runtuhnya Tembok MTsN 19 Jakarta...
"Mendengar kabar kehilangan ini tentunya menjadi duka yang sangat dalam untuk keluarga kami," ucap Harsono.
Di peristirahatan terakhir sang putra, Acep Efendi ikut mengantarkan jenazah dan memakamkannya. Dia tampak menangis sambil menabur bunga dan air di atas makam sang putra sulung.
Sesekali Acep mengusap air mata yang mengaliri pipinya. Sambil menaburkan bunga, dia mendoakan anaknya untuk beristirahat dengan tenang.