JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Nelayan Marunda Kepu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dilanda krisis air bersih sejak enam bulan lalu.
Kompas.com mendatangi kampung yang terletak tepat di sebelah kali Banjir Kanal Timur (BKT) itu pada Rabu (12/10/2022).
Kampung nelayan di pesisir utara Jakarta itu bisa disambangi menggunakan angkutan umum seperti Transjakarta, Jaklingko, angkutan kota (angkot), ojek online, maupun kendaraan pribadi.
Di pintu masuk, terdapat gapura yang bertuliskan Selamat Datang di Kampung Nelayan Marunda Kepu.
Baca juga: Derita Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, 6 Bulan Dilanda Krisis Air Bersih
Perjalanan dari pintu masuk hingga ujung Kampung Nelayan Marunda Kepu berjarak sekitar 2 kilometer.
Beberapa nelayan yang baru pulang melaut terlihat menyandarkan kapal yang ditumpanginya. Ada pula warga yang tengah mengeringkan ikan asin, untuk nantinya diperjualbelikan.
Drum dan jeriken untuk menampung air bersih tampak berjejer di depan rumah. Namun, tak ada air yang tersimpan di dalamnya lantaran sudah digunakan oleh sang pemilik.
Terlihat pipa paralon panjang ataupun selang yang biasa dipakai untuk mengaliri air dari drum, ke dalam rumah.
Baca juga: Ada Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Warga Kampung Nelayan Marunda Ajukan Petisi
Diketahui bahwa sejak akhir April 2022 lalu, aliran air bersih yang disalurkan PT Aetra Air Jakarta ke rumah warga di kampung terganggu. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan air untuk mandi, mencuci, dan masak.
"Dari Lebaran Idul Fitri sampai sekarang ini, sudah enam bulan kalau bukan dari tangki air belum keluar," ujar Gobang, Ketua RT 09 Kampung Nelayan Marunda Kepu saat ditemui di lokasi, Rabu.
Berdasarkan penuturannya, sebelumnya warga tidak kesulitan mendapatkan air bersih. Semenjak enam bulan lalu itulah mereka mulai menelan kenyataan pahit bahwa air tidak lagi mengaliri keran-keran di rumah.
Warga hanya mengandalkan mobil tangki air yang berasal dari Pam Jaya dan PT Aetra Air Jakarta sebagai sumber air bersih.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Pusat Pengupasan Kerang Hijau di Kampung Nelayan Cilincing...
Krisis air yang melanda kampung tersebut, menurut Gobang dirasakan oleh setidaknya 280 Kepala Keluarga (KK) yang hidup di sana. Mereka terpaksa menunggu tangki air yang datang dua hari sekali, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya kadang-kadang dari peralon tiga hari enggak dapat air enggak kebagian," imbuhnya.
Apabila kekurangan air, mereka harus membeli lagi di tempat lain. Dua jeriken dihargai Rp 3.000. Gobang sendiri mengaku bisa mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000 per bulan hanya untuk mendapatkan air bersih.