JAKARTA, KOMPAS.com - Setidaknya ada 10 kasus gagal ginjal akut misterius yang terdeteksi di Jakarta Utara, per 27 Oktober 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga di antaranya meninggal dunia.
Menurut Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kesehatan Jakarta Utara Lysbeth Regina Panjaitan, kasus tersebar di beberapa wilayah termasuk Cilincing hingga Penjaringan.
“Jumlah kasus gagal ginjal akut sampai dengan saat ini di Jakut ada 10 kasus dengan rincian Cilincing empat kasus, Tanjung Priok tiga kasus, Koja satu kasus, Penjaringan satu kasus,” kata Lysbeth saat dihubungi, Sabtu (29/10/3022).
Baca juga: Hotline yang Bisa Dihubungi Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut di Jakarta
Adapun dua pasien masih dalam perawatan dan lima lainnya telah dinyatakan pulih dari penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya itu.
Dengan adanya kasus tersebut, Lysbeth meminta agar para orangtua memperhatikan gejala awal gagal ginjal akut pada anak.
Apabila anak mengalami demam, diare,muntah, nyeri perut, batuk, dan pilek, segera periksakan ke puskesmas terdekat.
Ketika gejala tidak kunjung membaik dalam 2-3 hari, maka periksakan kembali kondisi anak agar dilakukan deteksi dini gangguan ginjal akut. Pemeriksaan ini di antaranya berupa pemeriksaan darah, urine, dan pemeriksaan lain untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi Covid-19, demam berdarah, typhoid, serta leptospirosis.
Baca juga: Layanan Deteksi Dini Gagal Ginjal Akut di Puskesmas Jakarta Khusus untuk Pasien Bergejala
“Deteksi dini adalah kunci mencegah keparahan dari penyakit ini. Puskesmas di DKI Jakarta juga akan mempersiapkan rujukan ke rumah sakit jika diperlukan,” imbuh Lysbeth.
Di samping itu, dia mengimbau agar orangtua tak sembarangan memberikan obat penurun panas. Bagi balita yang mengalami keluhan demam, dapat dikompres air hangat sebelum memberikan obat.
Orangtua juga perlu menjaga kebutuhan cairan yang cukup, terapkan pola hidup sehat, konsumsi makanan lengkap dengan gizi seimbang, dan hindari konsumsi obat-obatan golongan obat keras terbatas tanpa resep dokter.
Lysbeth menyebutkan jumlah dan frekuensi buang air kecil anak yang sedang mengalami sakit pun perlu dipantau. Artinya, ketika anak mengalami penurunan jumlah urine dalam 24 jam atau bahkan jika sama sekali tidak buang air kecil, segera datang ke rumah sakit terdekat untuk diberikan penanganan lebih lanjut.
“Jangan tunggu sampai anak mengalami kondisi darurat seperti badan bengkak, kesadaran menurun, dan sesak napas,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.