Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ojol Geruduk Gedung di Setiabudi, Sosiolog: Kekerasan Kolektif atas Nama Solidaritas Identitas

Kompas.com - 03/11/2022, 17:36 WIB
Tria Sutrisna,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pengemudi ojek online (ojol) menggeruduk gedung perkantoran di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2022).

Hal itu ditengarai peristiwa oknum sekuriti bernama Tri yang memukul seorang pengemudi ojol, Aji, dengan benda tumpul hingga mengalami luka pada bagian kepala.

Kedatangan para ojol beramai-ramai untuk mencari sosok Tri pelaku yang diduga berada di gedung tersebut. Mereka hendak meminta pertanggungjawaban, sekaligus membalas perbuatan pelaku.

Baca juga: Satpam yang Pukul Ojol Sudah Dibawa ke Polsek Setiabudi, Polisi Imbau Massa Ojol Tak Reaktif

Akibatnya, kericuhan pun terjadi ketika Tri hendak dibawa aparat kepolisian dan pihak manajemen gedung ke Mapolsek Metro Setiabudi.

Massa pengemudi ojol yang geram berusaha mengejar Tri yang hendak dibawa menggunakan mobil pihak manajemen, dan berusaha mengeluarkannya dari dalam kendaraan

Sejumlah polisi pun mencoba menenangkan ojol-ojol tersebut agar tidak melakukan aksi anarkistis ataupun main hakim sendiri.

Baca juga: Satu Mobil Dirusak gara-gara Bawa Pemukul Ojol ke Polsek Setiabudi

Meski begitu, tak seluruh ojol menghiraukan petugas. Kendaraan yang membawa pelaku tetap menjadi sasaran pukul para pengemudi, hingga kaca di bagian belakang pecah.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, A B Widyanta menjelaskan bahwa peristiwa tersebut menjadi salah satu gambaran praktik main hakim sendiri oleh aktor kolektif.

Pemicunya tak lain adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem penegakan hukum ataupun peradilan di Indonesia saat ini.

"Praktik-praktik semacam ini terbentuk dalam lingkaran setan ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan, yang gagal memberikan 'rasa keadilan' di masyarakat," ujar Widyanta, Kamis (3/11/2022).

Baca juga: Ojol Dipukul Sekuriti Gedung di Setiabudi, Rekannya Ramai-Ramai Geruduk TKP

Efek dari kurangnya rasa percaya tersebut, menurut Widyanta, akan meluas dan menjelma menjadi "spiral kekerasan", yakni aksi kekerasan yang semula bersifat individual kemudian bergeser ke arah kekerasan komunal atau kolektif.

Dalam peristiwa di kawasan Setiabudi tersebut, aksi menggeruduk dan mencoba menghakimi pelaku dilakukan para ojol dengan mengatasnamakan solidaritas terhadap Aji sebagai sesama ojol.

Peristiwa itu kemudian dijadikan ajang pelampiasan emosi individu para ojol, meskipun kekerasan yang menimpa Aji bukanlah sumber utama masalah yang tengah dihadapi masing-masing ojol.

"Jadi kekerasan komunal atau kolektif dengan mengatasnamakan solidaritas kolektif berbasis identitas tertentu. Inilah kegagalan revolusi mental kita bersama sebagai sebuah negara bangsa," pungkas Widyanta.

Berakhir damai

Adapun saat ini kasus pemukulan ojol oleh sekuriti gedung di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan itu telah diselesaikan secara kekeluargaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com