Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Bersih "Mencekik" Warga Koja Berbulan-bulan hingga Harus Beli Air Sendiri

Kompas.com - 04/11/2022, 10:40 WIB
Zintan Prihatini,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan bulan lamanya warga di RT 007 RW 005 Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, mengalami krisis air bersih. Air bersih dari PT Aetra Air Jakarta terkendala, dan hanya menyala di waktu tertentu saja yakni saat dini hari.

Kondisi yang terjadi sejak Februari 2022 ini, dirasakan salah satu warga bernama Rafli Husaini (24).

Dia mengungkapkan, air di rumahnya hanya mengalir pada pukul 02.00 WIB-05.00 WIB dini hari.

Baca juga: Krisis Air Bersih, Warga Koja Terpaksa Beli Air hingga Rp 300.000 Per Bulan

Hal ini membuat warga terpaksa bergadang menunggu air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Krisis air sangat mengganggu waktu warga, yang harusnya istirahat jadi nungguin air yang menyala (mengalir) jam 02.00 WIB-05.00 WIB subuh," ucap Rafli saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/11/2022).

Krisis air bersih yang berlangsung selama delapan bulan itu mengganggu aktivitas sebagian besar warga.

Rafli menuturkan, tetangganya bahkan pernah terpaksa mandi pagi di sekolah tempatnya bekerja karena telat menyalakan keran air pada waktu tersebut.

Baca juga: Harapan Warga Koja yang 8 Bulan Terdampak Krisis Air Bersih...

Terpaksa beli air bersih

Kesulitan mendapatkan air bersih ini pun membuat warga memutar otak, guna memenuhi kebutuhannya. Rafli bersama tetangga lain yang merasakan hal serupa, tak jarang membeli air bersih di masjid dekat rumah.

"Kalau saya karena memang malam hari pun air enggak menyala, mau enggak mau ambil air di masjid pakai gerobak. Ada juga yang akhirnya bayar bulanan untuk nyelang air di masjid tersebut," tutur dia.

Para warga perlu membayar sebesar Rp 7.000 untuk membawa satu gerobak untuk mengangkut air dari masjid terdekat.

Setidaknya dalam sebulan, Rafli harus mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000 untuk membeli air.

Baca juga: Curahan Hati Warga Koja, 8 Bulan Dilanda Krisis Air Bersih

"Iya saya juga beli di luar. Kalau saya ambil sendiri itu per gerobak Rp 7.000 biasanya saya gunakan dua gerobak untuk penuhin kebutuhan mandi, cuci piring per harinya," ungkap Rafli.

"Kalau sudah terlalu capek kerja, biasanya saya suruh hansip sini untuk ambil dan bayar Rp 20.000 per gerobak," sambung dia.

Mengandalkan tangki air

Saat air mati, warga terpaksa mengandalkan pasokan air bersih dari mobil tangki. Itu pun, air hanya didatangkan jika ada permintaan dari para warga.

Tangki air berukuran 5.000 sampai 7.000 liter didistribusikan ke lokasi hanya jika ada keluhan dari warga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com