JAKARTA, KOMPAS.com - Warga yang tinggal di RT 07 RW 03 Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, mengaku sudah sering menjadi korban luapan air anak Kali Pesanggrahan.
Lasinah (51) yang sudah tinggal di sana sejak 1979 itu mengaku hampir setiap tahun terkena luapan sungai.
"Dari kecil sudah sering kebanjiran, tiap tahun. Memang sempat enggak ada banjir beberapa tahun lalu. Tapi sekarang banjir bisa setahun dua kali," kata Lasinah di kediamannya, Senin (7/11/2022).
Baca juga: Anak Kali Pesanggrahan di Srengseng Sering Meluap, Warga Minta Dibangun Tanggul
Banjir yang merendam rumahnya itu memiliki ketinggian beraneka ragam.
Jika luapan tak begitu besar, maka banjir yang menggenangi rumahnya hanya setinggi mata kaki, seperti pada Minggu (6/11/2022) kemarin.
Namun jika luapan besar terjadi, maka banjir bisa mencapai dua meter.
"Banjir paling parah itu waktu kecil sampai setinggi rumah. Kalau sekarang-sekarang itu sekitar 1 meteran. Parahan dulu memang. Kalau sekarang enggak tinggi tapi kadang ada arus. Kemarin sih pendek cuma semata kaki," kata Lasinah.
Saat banjir melanda cukup tinggi, Lasinah dan keluarga lebih memilih untuk mengungsi. Akhir-akhir ini dia bersama warga lain mengungsi ke musala terdekat.
Namun, beberapa tahun lalu, Lasinah mengaku bisa mengungsi ke TPU Joglo yang terletak di seberang sungai.
Permukaan tanah area pemakaman itu memang jauh lebih tinggi dari permukimannya, sehingga terhindar dari rendaman banjir.
"Kalau banjir tuh sedikit-sedikit, lama-lama surut terus mendadak tinggi. Kalau begitu, kita langsung evakuasi ke pemakaman," kata dia.
Baca juga: Luapan Kali Pesanggrahan dan Angke Hulu Telah Surut Seluruhnya
Kendati sering kerepotan karena harus mengungsi ke pemakaman atau ke musala, Lasinah mengaku masih nyaman tinggal di rumahnya.
"Alhamdulillah enggak pernah ada yang hanyut dan jadi korban. Saya mah langsung ngungsi, soalnya enggak bisa berenang juga," kata dia.
Selain Lasinah, Murni (67) juga mengaku menyikapi keadaan ini dengan santai. Bahkan, ia yang sudah lansia masih mampu melihat sisi positif dari musibah itu.
"Rasanya banjir enak enggak enak. Enaknya ya kadang dapat bantuan makanan. Waktu kecil juga senang karena bisa berenang biarpun selalu digigit lintah gede-gede," kata nenek tersebut.
"Enggak enaknya ya karena banjir, bingung tidur di mana. Tapi untungnya di sini mah enggak gatal-gatal. Enggak ada lumpur-lumpur juga, jadi cuma dingin air saja," lanjut dia.
Baca juga: Kali Pesanggrahan Meluap, Jalanan Bintaro Lumpuh karena Banjir dan Macet
Kedua lansia itu berharap, pemerintah mau membantu mengeruk atau membuat tanggul di sekitar sungai untuk meminimalisasi dampak luapan sungai.
"Harapannya kali dikeruk. Dulu sempat ada yang dikeruk di seberang sana. Sekarang enggak ada," ungkap Lasinah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.