DEPOK, KOMPAS.com - Anggota DPRD Kota Depok Babai Suhaimi menyebutkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah mengabaikan mekanisme terkait relokasi siswa SDN Pondok Cina 1 ke sekolah lain.
Pasalnya, Pemkot Depok tak memberikan kepastian status relokasi itu bersifat permanen atau sementara.
"Ada mekanisme lagi yang tidak dilakukan oleh pemerintah, yaitu tidak memberikan kepastian kepada wali murid akan dipindah," kata Babai di SDN Pondok Cina 1, Kamis (10/11/2022).
Dikatakan Babai, seharusnya Pemkot Depok memberikan pengganti gedung SDN Pondok Cina 1 yang lebih layak sebelum melakukan relokasi.
"(Seharusnya) ini loh sekolah yang baru yang lebih bagus dari ini (SDN Pondok Cina 1), tempatnya lebih baik," kata Babai.
Karena itu, Babai meyayangkan sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Depok yang tak memberikan kepastian terhadap orangtua murid SDN Pondok Cina 1.
"Ini yang sangat saya sayangkan, kami dari DPRD, terhadap sikap yang dilakukan Pemkot. Kerena itu, saya turun ingin mendalami secara langsung," ujar anggota Fraksi PKB-PSI itu.
Sejumlah orangtua murid SDN Pondok Cina 1, Beji, Depok sebelumnya mengeluhkan alih fungsi sekolah menjadi masjid.
Mereka mengeluhkan relokasi kegiatan belajar mengajar anak-anaknya yang dilebur di sekolah lain.
"Kami tidak menolak alih fungsi, tapi yang kami tolak tempat relokasinya, tidak ke satu gedung," kata orangtua siswa berinisial K saat dikonfirmasi, Kamis.
Sebanyak 362 siswa SDN Pondok Cina akan ditempatkan di dua sekolah yang berbeda.
Baca juga: Gusur SDN Pondok Cina 1 untuk jadi Masjid Agung, Pemkot Depok Disebut Tak Libatkan Warga
Melalui surat dari Dinas Pendidikan Kota Depok pada 4 November 2022, seluruh perangkat sekolah pun harus mulai mempersiapkan kepindahan kegiatan belajar mengajar.
Murid kelas 1, 2, dan 6 dipindahkan ke SDN Pondok Cina 5, sedangkan siswa kelas 3, 4, dan 5 dipindahkan ke SDN Pondok Cina 3.
Jam belajar di dua sekolah tersebut terbagi menjadi empat sesi.
Hal itu dikhawatirkan orangtua murid akan mengganggu psikologis siswa-siswinya.
"Jadi 362 siswa akan dipecah (regrouping) ke dua SD yang berbeda. Jam masuk pun terbagi 4 sesi dengan belajar 6 hari. Tentu ini sangat mengganggu psikologi dan bioritme anak-anak," ujar K.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.