JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi seorang talent sleep call atau layanan berbincang via telepon pada malam hari, tak semudah yang dibayangkan.
Karena melayani klien via telepon atau berkirim pesan (chatting), para talent sleep call ini justru menjadi sasaran empuk bagi para pelaku pelecehan seksual dalam bentuk verbal.
Fahrija (20), penyedia layanan sleep call bernama “Sleep Call-mu” bercerita, para talent-nya pernah menjadi korban pelecehan seksual.
Talent yang menjadi sasaran pelecehan seksual kebanyakan perempuan.
“Pernah (talent “Sleep Call-mu menjadi korban pelecehan seksual). Yang paling banyak (menjadi korban) talent perempuan,” ungkap Fahrija kepada Kompas.com, Rabu (9/11/2022).
Baca juga: Cerita Muda-mudi Pesan Layanan Sleep Call, Berasa Punya Pacar Perhatian hingga Takut Baper
Padahal, ia mengakui, para klien layanan tersebut telah diberitahukan sebelumnya bahwa ada sejumlah topik yang dilarang untuk dibahas. Salah satunya adalah yang berkaitan dengan pornografi.
Fahrija menyatakan, saat klien mulai menjurus ke arah pelecehan seksual, sang talent wajib memberitahukan tim layanan “Sleep Call-mu”.
Tim layanan itu langsung menutup layanan antara sang talent dengan pelanggan yang melakukan pelecehan seksual.
Eksekusi penutupan layanan ini dilakukan dengan cara memblokir akun sang pelanggan. Proses pemblokiran dilakukan oleh talent yang menjadi korban pelecehan seksual serta akun utama layanan “Sleep Call-mu”.
Selain itu, menurut Fahrija, biaya pelayanan yang telah dibayarkan oleh pelanggan selaku teduga pelaku pelecehan seksual tidak dikembalikan.
“Misal bahas pornografi, itu yang paling disorot. Ada klien yang bahas hal negatif, talent bakal lapor. Pesanan langsung kami close tanpa refund (pengembalian biaya layanan),” ucapnya.
Baca juga: Kisah Natasha Jadi Talent Layanan Sleep Call, Hobi Ngobrol dan Dengar Curhat Bisa Jadi Cuan
Ia mengungkapkan, tim layanan sleep call ini memang sangat menyoroti tindak pelecehan seksual. Di sisi lain, ada hal lain yang juga sejatinya tabu untuk dibicarakan, yakni SARA.
Ketika klien mulai membahas SARA, kata Fahrija, sang talent mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Jika tak melebihi batas, “Sleep Call-mu” tak sampai menutup layanan antara pelanggan itu dengan talent-nya.
“Kalau topik-topik kayak gitu gampang dialihkan. Kami juga kasih kesempatan ke klien. Kalau masih bisa diarahkan, dialihkan, (pelayanan) dilanjutkan enggak apa-apa,” ujar Fahrija.