Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Sejarah Gereja Katedral Bogor, Gereja yang Dikunjungi Jokowi Saat Perayaan Natal

Kompas.com - 27/12/2022, 04:45 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para jemaat Gereja Katedral, Kota Bogor, yang mengikuti ibadah misa hari raya Natal pada Minggu (25/12/2022), dikejutkan dengan kehadiran Presiden Joko Widodo.

Jokowi yang hadir didampingi Wali Kota Bogor, Bima Arya diberi kesempatan memberi sambutan dari atas mimbar Gereja Katedral. Dalam beberapa menit sambutannya, Jokowi menyampaikan ucapan selamat merayakan Natal 2022.

Jokowi juga sempat menyampaikan pesan perihal mempererat tali silaturahmi demi memperkuat toleransi antar umat beragama.

"Saya lihat tadi, Bapak, Ibu semuanya berkenan dan bahagia damai menyambut Natal pada pagi ini. Mari bersama-sama kita terus mempererat persaudaraan dan memperkuat lingkungan kita untuk kebangkitan Indonesia," kata Jokowi.

Baca juga: Kaget Didatangi Presiden Jokowi, Keuskupan Gereja Katedral Kota Bogor: Surprise, Sangat Bahagia

Wakil Pimpinan Keuskupan Gereja Katedral Kota Bogor Yohanes Suparto menilai kehadiran orang nomor satu di Indonesia di gerejanya sebagai sebuah sejarah manis.

"Ini menjadi sejarah bagi kami gereja Bogor, karena baru Pak Jokowi sebagai Presiden yang masuk ke gereja kami ini, baru Pak Jokowi," imbuhnya.

Jadi saksi indahnya keberagaman

Sebenarnya sebelum dikunjungi Presiden Indonesia, gereja yang dibangun sejak 1896 ini telah menyimpan sejarah panjang sekaligus menjadi saksi terjadinya toleransi di Kota Bogor yang berlangsung sejak pemerintahan Hindia-Belanda.

Dikutip dari situs resmi BMV Katedral Bogor, sejarah gereja ini bermula pada 1881, saat tokoh agama Katolik dari Belanda yang tinggal di Kota Bogor, AC Claessens membeli sebuah tanah cukup luas untuk rumah peristirahatan.

Lahan ini ia beli di Bantammerweg atau yang dikenal dengan Jalan Kapten Muslihat.

Baca juga: Gereja Katedral, Gereja Katolik Pertama di Jakarta yang Usianya Lebih dari Seabad

Setelah dibangun, rumah peristirahatan ini kemudian juga dijadikan tempat pelaksanaan misa bagi umat, baik Kristen maupun Katolik, dari Batavia yang sedang berkunjung ke Bogor.

Dengan kata lain, rumah ibadah yang dibangun AC Claessens tidak hanya eksklusif untuk umat Katolik saja.

Bahkan pedagang Cina yang sedang dalam perjalanan dan warga pribumi yang kebanyakan beragama Islam kerap menjadikan rumah ini sebagai tempat peristirahatan.

Pada 1886, keponakan dari AC Claessens yang juga seorang Pastor yakni MYD Claessens mendirikan panti asuhan untuk anak-anak.

Saat itu bangunan panti asuhan tersebut baru bisa menampung enam orang anak yang di antaranya juga terdapat anak pribumi.

Baca juga: Asal Mula Museum Gereja Katedral Jakarta

Usaha pastoral dari MYD Claessens tersebut akhirnya dikembangkan hingga menjadi Yayasan Vincentius pada 1887, dan pada 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia-Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com