JAKARTA, KOMPAS.com – Setiap daerah memiliki kebudayaannya tersendiri.
Budaya itu bisa dilihat dari logat bicara, jenis makanan, pakaian hingga gaya bangunannya.
Tak jarang budaya yang dianut di tiap daerah itu bercampur dengan agama yang dianut oleh masyarakatnya.
Hal ini misalnya terlihat dari perayaan natal di Gereja Katolik Santo Servatius di wilayah Kampung Sawah Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.
Unsur kebudayaan Kampung Sawah, yakni Betawi, sangat jelas terlihat dari cara beberapa jemaat Katolik menggunakan pakaian adat khas Betawi.
Baca juga: Dari Pantun hingga Sinterklas, Intip Serunya Natal di Gereja Santo Servatius Kampung Sawah
Kompas.com sempat mengikuti Misa Anak saat Hari Raya Natal di “gereja Betawi” ini, Minggu (25/12/2022).
Di sana, tampak beberapa jemaat pria mengenakan baju kokoh putih dan peci.
Ada pula jemaat wanita yang mengenakan kebaya. Hal serupa juga terlihat pada panitia pelaksana Misa.
Pegiat Kemasyarakatan di Kampung Sawah, Ricardus Jaobus Napiun, menjelaskan bahwa akar penggunaan pakaian adat Betawi adalah budaya yang mempersatukan warga Kampung Sawah.
“Budaya mempersatukan. Kenapa gereja tampilkan itu? Pada dasarnya, gereja Katolik sifatnya inkulturatif,” terangnya kepada Kompas.com di kediamannya di Kampung Sawah, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Senin (26/12/2022).
Baca juga: Ketika Anjing Penjaga Misa Gereja Kampung Sawah Jadi Hiburan Bagi Anak-anak
Pria yang akrab disapa Jacob ini menjelaskan, inkulturatif atau inkulturasi dalam agama Katolik mengacu pada bersama-sama membangun gereja, dan hidup dengan tradisi lokal yang ada dengan seluruh kearifan lokal.
“Di mana gereja dibangun, gereja wajib inkulturasi dengan budaya yang ada. Jadi, kehidupan gereja sejalan dengan kultur yang ada,” imbuh Jacob.
Jika biasanya beribadah dengan Bahasa Latin, tidak semua warga memahaminya.
Di Gereja Santo Servatius sendiri, jemaat beribadah dengan kitab yang dialih bahasa menggunakan nuansa Kampung Sawah.
Jacob tidak menampik, alih bahasa kitab sucinya menggunakan nuansa Kampung Sawah sempat kena protes.
“Saat itu ada yang bilang itu. (Kata saya), sayang saja dulu Yesus lahir di Bethlehem. Kalau di Pondok Melati pasti pakai Kampung Sawah bahasanya,” tuturnya sambil terkekeh.
Baca juga: Potret Toleransi di Gereja Kampung Sawah, Para Santri Hibur Jemaat Saat Misa Kudus
Terkait penggunaan baju adat Betawi pada beberapa jemaat dan para panitia Misa Kudus, Jacob menuturkan bahwa hal ini sudah ada sejak dahulu.
Penggunaannya pun masih dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan Betawi setempat. Menurutnya, merupakan hal yang penting untuk menjaga dan melestarikan pakaian adat tersebut.
“Kalau mau dicibir silakan, tapi kami pasti pertahankan dan melestarikannya. Enggak ada kewajiban (pakai baju adat Betawi di kalangan jemaat). Tapi kalau untuk panitia wajib,” Jacob berujar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.