BEKASI, KOMPAS.com - Salah satu ahli waris pemilik sah lahan akses Tol Jatikarya ruas Cimanggis-Cibitung, Sulaeman Pejuang (33), mengungkapkan bahwa ahli waris terus-menerus diberi janji manis soal pencairan uang ganti rugi yang tak kunjung cair.
Padahal, aksi blokade akses Tol Jatikarya pada Senin (10/4/2023) bukan kali pertama terjadi.
"Sampai sekarang ini, janjinya hanya janji belaka. Pepesan kosong. Angin surga yang kenyataannya adalah angin neraka," ujar Sulaeman di akses Tol Jatikarya, Senin (10/4/2023).
Baca juga: Blokade Jalan, Ahli Waris Pemilik Lahan Tol Jatikarya Buka Puasa Bersama
Pendudukan akses tol pun akan terus dilakukan ahli waris hingga uang ganti rugi dibayarkan.
"Kami hadir atas hati masyarakat. Datang atas masyarakat sendiri, bahwa kami harus menduduki tanah kami sendiri, agar pemerintah sadar, para pengelola tol sadar dan seluruh instansi pemerintah sadar, bahwa masyarakat Jatikarya ini belum dibayar haknya," imbuh dia.
Sulaeman juga mengatakan semangat ahli waris untuk meminta ganti uang rugi lahan tidak akan surut karena mereka merasa lahan akses tol Jatikarya adalah hak mereka.
"Karena perjuangan ini menyangkut perjuangan orangtua kami, yang belum mendapat haknya," tutur Sulaeman.
Sebagai informasi, ahli waris pemilik sah lahan ruas Tol Jatikarya kembali memblokade akses Tol Cimanggis-Cibitung sejak Senin siang.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, ruas tol Jatikarya ditutup tepat pada pukul 14.56 WIB. Terlihat, ada puluhan ahli waris yang memblokade ruas tol tersebut.
Blokade itu merupakan bentuk protes dari biaya konsyinyasi atau ganti rugi lahan yang hingga kini tak kunjung dibayarkan.
Beberapa dari mereka membawa spanduk dan bendera merah putih sebagai atribut pelengkap aisi tersebut.
Akibat pemblokiran jalan tersebut, ruas Tol Cimanggis-Cibitung akses Tol Jatikarya lumpuh. Kendaraan mendadak terparkir.
Deru mesin sesekali bunyi klakson terdengar karena akses kendaraan ditutup.
Baca juga: Lagi, Ahli Waris Blokade Akses Tol Jatikarya Bekasi
Sejumlah aparat kepolisian tampak bersiaga dan mencoba mengatur arus lalu lintas di akses tol Jatikarya.
Adapun beberapa balok kayu juga terlihat tercecer di jalan. Balok itu sengaja dicecer oleh ahli waris sebagai bentuk penegasan bahwa akses tol Jatikarya tak bisa dilintasi kendaraan.