JAKARTA, KOMPAS.com - Eko Santoso (52) mengatakan, ia menyukai pekerjaannya sebagai seorang marbut masjid.
Ketenangan sebagai pelayan di rumah Allah membuatnya tidak terlalu menghiraukan pendapat orang-orang yang memandang rendah profesinya.
"Nikmatin saja pekerjaannya, kalau ada orang memandang rendah, mungkin saya enggak sadar atau sadar tapi menghiraukan aja," ucap Eko di Masjid Nururrohman, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (20/4/2023).
Toh pada kenyataannya, ia selalu mengerjakan pekerjaannya dengan optimal. Bahkan, ia sering mendapat apresiasi dari jemaah masjid.
Baca juga: Marbut Masjid adalah Pekerjaan yang Mulia...
Inilah yang membuat Eko masih betah bekerja sebagai marbut masjid sejak 11 tahun yang lalu.
"Sering juga ada yang bilang, 'Alhamdulillah pekerjaannya berkah' melihat saya sebagai marbut," ungkap Eko.
Sekitar 11 tahun yang lalu, Eko masih bekerja sebagai seorang pengantar barang alias kurir.
Sementara itu, istrinya mengajar anak-anak setempat mengaji.
Jadwal mengajar istrinya sering penuh sejak pagi hingga siang, dan berlanjut pada sore hingga malam.
"Karena takut istri kerepotan kalau enggak dibantu, saya keluar dari pekerjaan saya dan jadi marbut. Saya juga fokus ikut mengajar ngaji," kata Eko.
Baca juga: Dharma Wanita Persatuan Kemenaker Bagikan Paket Ramadhan untuk Office Boy, Security, hingga Marbut
Mulanya, Masjid Nururrohman masih memiliki seorang marbut.
Namun, karena satu dan lain hal, ia kurang aktif. Dalam pembicaraan santai dengan pengurus masjid, Eko menuturkan, ia tidak apa-apa jika diangkat sebagai marbut.
"Terus disetujuin Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), marbut lama langsung mengundurkan diri, dan saya jadi marbut sejak 11 tahun lalu," ucap Eko.
Saat Eko memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya, tidak ada cibiran dari keluarga besarnya.
Sebab, mereka memahami keputusan yang Eko lakukan sudah melalui sejumlah pertimbangan serius.
Baca juga: Andai Ditawari Naik Haji, Puryono Marbut Masjid di Jaksel Pilih Bangun Rumah
Namun, bukan berarti orang-orang di luar lingkup keluarganya menerima keputusan Eko.
"Kadang orang di luar keluarga nanya, kenapa saya berhenti dan jadi marbut. Kalau dari keluarga ya biasa saja karena itu sudah pilihan saya," Eko berujar.
"Kalau ada yang ngomong (hal-hal berbau negatif), ya biarin saja karena saya menikmati pekerjaannya. Saya senang aja jadi marbut," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.