JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, menilai jaringan peredaran narkoba di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sudah mengakar.
Menurut dia, hal ini terjadi lantaran bisnis narkoba sudah menjadi salah satu sumber ekonomi bagi sebagian masyarakat di sana.
Dengan demikian, Rakhmat memandang bukan tak mungkin perlawanan dari sekelompok orang akan terus terjadi atau bahkan semakin kuat setiap kali adanya penggerebekan di kawasan sarang narkoba itu.
Baca juga: Sudah Saatnya Polisi Tinggalkan Cara Represif untuk Basmi Narkoba di Kampung Bahari
"Dan polisi seharusnya sudah tahu Kampung Bahari ini jaringannya seperti apa. Ketika kepolisian melakukan operasi dan razia itu, mereka terancam lumbung ekonominya," ucap Rakhmat kepada Kompas.com, Kamis (11/5/2023).
Setiap kali lumbung ekonominya terancam, kata Rakhmat, secara spontan masyarakat yang terlibat dalam peredaran narkoba di sana akan berupaya mempertahankan itu.
"Jaringan itu merasa pendekatan (represif) itu sebagai ajakan perang. Apalagi kalau mereka sudah kuat, memiliki jaringan, dan terlembagakan secara masif," ucap Rakhmat.
Dengan demikian, Rakhmat berujar, pendekatan represif seperti penggerebekan tidak akan pernah menyelesaikan masalah narkoba di Kampung Bahari.
Baca juga: Misteri Sosok Penyerang Polisi Setiap Kali Kampung Bahari Digerebek, Bukan Warga Asli Setempat?
Pendekatan ekonomi yang tidak tersentuh di Kampung Bahari itu kerap membuat pemerintah dan polisi mengambil kesimpulan bahwa langkah yang paling mudah adalah represif.
"Ini tidak akan menyelesaikan masalah karena akan berulang. Pemerintah hanya melihat seolah sudah buntu jalan keluarnya," ucap Rakhmat.
Padahal sebetulnya, kata dia, kalau pemerintah dan kepolisian mau berpikir dialogis. Ada cara lain yang lebih halus meskipun perlu waktu dan proses yang panjang.
Apabila pendekatan dialogis itu bisa secara konsisten dilakukan, kata Rakhmat, masalah narkoba di Kampung Bahari bisa diselesaikan perlahan dan lebih berkelanjutan.
"Untuk itu, perlu pendekatan alternatif yang menyinggung aspek ekonomi, baik itu pekerjaan, mata pencaharian. Sampai saat ini belum tersentuh atau belum maksimal," kata dia.
Baca juga: Sulitnya Menembus Benteng Pertahanan di Kampung Narkoba Bahari, Polisi Sampai Menarik Diri
Saat ini, kata Rakhmat, polisi sudah dilihat sebagai musuh bersama yang menggoyahkan lumbung ekonomi jaringan narkoba yang ada di Kampung Bahari.
Oleh karena itu, polisi dinilai tidak bisa turun sendirian untuk mengatasi masalah di sana karena otoritas mereka hanya pada sektor keamanan.
Menurut Rakhmat, persoalan ekonomi yang sudah menjadi akar masalah narkoba di Kampung Bahari sudah di depan mata.
"Maka tak ada alasan bagi mereka menolak diajak masuk ke jaringan narkoba. Maka perlu dijaga orang miskin itu supaya bisa punya mata pencaharian pekerjaan dan penghasilan," tutur Rakhmat.
Baca juga: Kehadiran Jaringan Narkoba Lebih Besar Dicurigai Sedang Mengintai Warga Miskin di Kampung Bahari
Seperti diketahui, polisi sempat dibuat kalang kabut dan menarik diri akibat serangan balik dari sekelompok orang saat razia pada Senin (8/5/2023) lalu, baik itu dengan lemparan batu, kayu, bahkan petasan.
Dengan situasi tersebut, Rakhmat mengatakan sudah saatnya polisi tidak menggunakan cara represif, misalnya dengan penggerebekan, razia, atau semacamnya.
Pendekatan represif itu selamanya akan dianggap sebagai serangan dari kepolisian kepada mereka yang berada dalam jaringan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.