Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Buruk, Bisa Picu Infeksi Pernapasan dan Kanker

Kompas.com - 02/06/2023, 20:47 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seminggu terakhir, indeks kualitas udara (air quality index/AQI) Jakarta terbilang mengkhawatirkan, karena ada di atas angka 150, berdasarkan data IQAir per 26 Mei-1 Juni 2023.

Untuk diketahui, indeks kualitas udara yang baik berkisar antara 0-50, sedangkan AQI di atas 300 dianggap berbahaya, mengutip IQAir.

Sementara itu, per pukul 19.00 WIB pada Jumat (2/6/2023), tingkat polusi udara Jakarta mencapai 129 dengan konsentrasi polutan utama PM 2.5, artinya tidak sehat.

Baca juga: Ikhtiar untuk Memperbaiki Kualitas Udara Jakarta

Lantas, apa itu polutan PM 2.5 dan bagaimana bahayanya bagi tubuh?

Dokter spesialis paru Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, PM 2.5 adalah partikel udara halus yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer.

Polutan berbahaya itu banyak ditemukan pada polusi udara. Imbasnya, jika terhirup, PM 2.5 bisa masuk ke organ pernapasan karena berukuran sangat kecil.

"PM 2.5 itu bisa masuk sampai ke paru sampai alveoli, bahkan dia bisa masuk ke dalam darah, dan disinyalir saat ini partikel itu sebagai salah satu partikel paling bahaya dari polutan," terang Agus kepada Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Penyakit Pernapasan Pun Mengintai

Jika menghirup partikel PM 2.5 dalam jumlah banyak, seseorang bisa mengalami peradangan kronik pada sistem vaskular (pembuluh darah) tubuh.

"Bisa meningkatkan risiko penyakit jantung sampai stroke, karena polutan yang ukurannya sangat halus itu masuk dalam darah, terdistribusi di tubuh, dan berisiko meningkatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung," papar dia.

Tak hanya itu, PM 2.5 juga bersifat karsinogen atau dapat memicu kanker. Agus menerangkan, dalam PM 2.5 ada partikel yang menyebabkan terjadinya kanker.

"Oleh karena itu risiko terjadinya kanker karena polutan itu cukup tinggi di masyarakat," ucap dia.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Waspadai Penyakit Pernapasan pada Anak

Sebuah data di Inggris, kata dia, menunjukkan bahwa orang yang terpapar polusi tinggi secara terus menerus selama bertahun-tahun menyebabkan risiko kanker.

"Itu datanya 4-5 persen dari penderita kanker paru itu karena polusi dan polusinya karena PM 2.5," kata Agus.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan data penelitian di Rumah Sakit Persahabatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2013, dari 300 penderita kanker, empat persen di antaranya terkena kanker akibat polutan.

"Kami meneliti sekitar 300 penderita kanker paru, ternyata sekitar empat persen dari penderita kanker paru yang terdeteksi di kedua rumah sakit itu risiko karena polutan. Jadi empat persen itu risikonya karena polutan," ungkap Agus.

Karena itu, secara keseluruhan, polutan PM 2.5 membawa dampak buruk untuk pernapasan hingga sistem pembuluh darah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com